Hubungan Stres dan Depresi dengan Penyakit Jantung



Stres tidak selamanya merupakan hal yang buruk. Stres dalam jumlah yang mencukupi juga diperlukan agar manusia dapat mencapai tujuan dan cita-cita hidupnya, namun stres yang terlalu banyak dan terus menerus dapat merusak kesehatan. Jika stres berkelanjutan dan menjadi kronis, maka akan mempengaruhi berbagai organ tubuh, hormon, dan metabolisme tubuh.

Dampak Stres

Pada otak, neuron akan mengkerut sehingga memicu terjadinya depresi. Hormon stres (adrenalin, kortisol) yang meningkat akan menjadi racun pada saraf dan organ lain, kemudian mengakibatkan daya tahan tubuh menurun. Ini juga menimbulkan perubahan pada struktur pembuluh darah otak yang dapat memicu stroke.

Pada jantung, stres menimbulkan perangsangan saraf simpatis. Irama detak jantung tak teratur hingga menimbulkan gangguan pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner). Stres juga menimbulkan hipertensi (penyakit darah tinggi) yang dapat memicu gagal jantung dan gagal ginjal.

Pada otot, stres menimbulkan rasa tegang pada kepala dan leher (tension headache), serta punggung (low back pain; fibromyalgia). Stres juga menyebabkan sakit maag karena asam lambung meningkat. Jika gas dalam usus meningkat maka perut akan kembung terus sampai menyebabkan irritable bowel syndrome.

Stres juga menimbulkan gangguan tidur (insomnia) karena kekacauan hormon melatonin dan meningkatnya adrenalin dan kortisol. Pada saat tidur terjadi regenerasi sel-sel tubuh. Jika tubuh kurang istirahat maka banyak organ yang rusak. Selain itu metabolisme hormon lain juga kacau sehingga timbul kegemukan (obesitas), diabetes melitus, hiperkolesterol, dan lain-lain.

Stres dan Depresi dalam Hubungannya dengan Penyakit Jantung

Stres dapat menimbulkan depresi. Belakangan ini sudah terungkap bahwa depresi dapat menyebabkan hiperagregasi trombosit dan hiperkortisolemia sehingga memperparah penyumbatan pembuluh darah koroner.

Iskemia pada jantung menunjukkan suatu keadaan kekurangan oksigen yang disebabkan karena perfusi yang tidak memadai, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pasokan oksigen. Biasanya penyebab iskemia miokard adalah penyakit aterosklerosis dari arteri koroner. Peningkatan agregasi trombosit dan hiperkortisolemia (hormon glukokortikoid) akan meningkatkan pembentukan aterosklerosis. Dengan berkurangnya diameter lubang arteri ini, aterosklerosis menyebabkan penurunan aliran darah ke otot jantung pada saat dibutuhkan peningkatan aliran akibat kebutuhan yang meningkat (saat aktivitas fisik).

Stres yang mungkin mengawali atau hadir bersama-sama depresi meningkatkan hiperaktivitas saraf simpatis. Hiperaktivitas simpatis mengkontraksikan pembuluh darah (pembuluh mengecil) sehingga terjadi hipertensi yang juga akan mempercepat kerusakan sel-sel dinding pembuluh darah sehingga terbentuk atheroma (penebalan) di lapisan dalam pembuluh darah.

Oleh sebab itu maka penting untuk mengenali gejala-gejala awal depresi dan menanganinya sedini mungkin agar kondisi tersebut tidak berkembang menjadi semakin parah. 

Depresi

Dalam ilmu psikiatri, istilah depresi mempunyai beberapa arti. Depresi dapat sebagai suatu gejala atau kumpulan gejala (sindrom) atau dapat pula sebagai suatu kesatuan penyakit. Depresi melibatkan 3 unsur dalam kehidupan individu, yaitu :

1.  Hambatan dalam aktivitas psikomotor, berupa agitasi (gelisah) atau retardasi psikomotor. Keadaan ini menyebabkan individu menjadi kehilangan minat atau rasa senang dalam aktivitas yang biasa dilakukannya. Kadangkala juga dapat mengakibatkan individu menjadi gelisah.

2.    Hambatan dalam aspek kognitif dan fungsi sosial sehingga mengakibatkan individu mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi dan akan tampak seperti berkurangnya perhatian individu terhadap lingkungan sekitarnya.

3.     Hambatan dalam penghayatan alam perasaan, yaitu individu akan mengalami perasaan sedih, murung, harga diri berkurang, iritabel, putus asa, serta mengakibatkan timbulnya pikiran-pikiran bunuh diri yang mungkin mengakibatkan terjadinya tindakan bunuh diri.

Dari uraian di atas terlihat bahwa penyakit jantung iskemia merupakan suatu penyakit dengan kecenderungan kronis dan pengobatannya sampai saat ini masih belum memberikan hasil yang memuaskan bagi semua pihak. Keadaan ini seringkali menimbulkan stres bagi penderitanya yang kemudian bermanifestasi dalam timbulnya gangguan psikis, yang sering terjadi adalah depresi. Depresi dapat timbul sebagai gejala, sindrom, bahkan sampai berupa gangguan depresi. Faktor sosial yang dialami penderita tentunya juga merupakan hal yang ikut mempengaruhi terjadinya depresi pada penderita.

Keberadaan depresi yang bersamaan dengan penyakit jantung membuat penderita umumnya menjadi enggan untuk bersosialisasi atau melakukan aktivitas seperti sebelum menderita penyakt jantung. Mereka menjadi putus asa dengan keadaannya dan menghentikan usaha mencari alternatif pengobatan bahkan mengurus diri sendiri. Hal ini dapat memperburuk kualitas hidup mereka dan perjalanan penyakitnya itu sendiri. Perlu pencegahan dan penanganan yang menyeluruh dalam mengatasi depresi yang dapat sebabkan penyakit jantung kronis.

Pencegahan

  • Pola hidup sehat (hindari obesitas, olah raga, tidak merokok)
  • Mengenali gejala-gejala stress dan bisa melakukan manajemen stres dalam kehidupan, latihan berpikir positif (Cognitive Behavior Therapy).
  • Konsumsi makanan seimbang dan cukup istirahat (tidur cukup) untuk tetap menjaga daya tahan tubuh.
  • Tidak kekurangan minum air putih

Pengobatan

Kontrol ke dokter teratur untuk pengendalian tekanan darah, kolesterol, diabetes mellitus, kondisi otot jantung, memperbaiki depresi, menghindari stres, dan lain-lainnya.

Manajemen stres

Kita perlu mengenali diri kita terlebih dahulu. Carilah pekerjaan yang paling cocok dengan diri kita (memenuhi panggilan hati). Jika Anda mencintai pekerjaan Anda, hal ini akan mengurangi stres yang didapatkan dari pekerjaan. Cobalah memaknai setiap peristiwa yang terjadi dalam diri kita. Kita dapat berlatih menyadari keadaan diri kita. Jika tanda-tanda stress mulai muncul, selalu tanamkan pikiran positif. Anda dapat mencoba melakukan autohipnosis (menghipnotis diri sendiri dengan menanamkan pikiran-pikiran yang membuat kita lebih percaya diri dalam melakukan sesuatu). Meditasi dan teknik relaksasi dapat membantu menghilangkan stres. Latihlah supaya Anda dapat hidup dalam kerangka ‘here and now’, yaitu tidak mengungkit-ungkit kesalahan dan penyesalan masa lalu maupun kekhawatiran berlebihan akan masa depan. Semoga Anda dapat terhindar dari stres!

 

Sumber :

  1. Rybakowski, JK.: Depression and CV Disease. WPA Bulletin on Depression, Vol.7 (26),2003: p.14-6
  2. Cassem, NH, Hackett PP: Psychological Aspect of Myocardial Infarction. Med. Clin. North. Am, Vol.61, 1997: p.711-21
  3. Krishnan,KRR.: Broken Hearth: depression in CV disease. Dialogue in Clin. neuroscience, Vol. 5 (2), 2003: p.167-72
  4. Mourad,IT: Depression a risk factor in CV morbidity and mortality. Depression & Cardiovascular Disease, Servier,2003: p.3-10
  5. Harrison’s: Principles of Internal Medicine, 15th ed.
  6. Berkow R, et al: Gangguan Kardiovaskular Umum; Gangguan Iskemik Miokardial.The Merck Manual Jilid I, 16th ed, Bina Rupa Aksara, Jakarta, 1999: p.603-6; 726-37
  7. Rilantono LI, et. al: Penyakit Jantung Iskemik. Buku Ajar Kardiologi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,1996: p.159-66
  8. Kaplan H. I, Saddock B. J: Mood Disorder; Specific Disorders. Synopsis of Psychiatry, 9th ed, Philadelphia, William & Wilkins, 2003: p.534-70; 829-31

Artikel Kesehatan