Penulis : dr. Lidya Heryanto, Sp.KJ
Menurut WHO, gangguan cemas adalah salah satu gangguan psikologis yang paling sering terjadi. Gejala cemas sendiri bisa tumpeng tindih dengan gangguan jiwa yang lain seperti skizofrenia, depresi, bipolar, dan gangguan kepribadian. Gejala-gejala gangguan cemas meliputi kawatir berlebihan, gelisah, tidak bisa konsentrasi, tegang dan gemetar, tidak bisa tidur, takut mati mendadak, jantung terasa berdebar-debar, rasa tidak nyaman di dada, berkeringat dingin, seperti ada aliran panas atau dingin, kesemutan, sakit kepala, tengkuk, lambung dan nyeri otot.
Saat seseorang mengalami kecemasan, terjadi gangguan fungsi di otaknya akibat perubahan neurokimia seperti serotonin dan noradrenergik. Serotonin berfungsi untuk mengontrol suasana perasaan, nafsu makan, mengatur siklus tidur, dan pengendalian perilaku. Sedangkan noradrenergic berperan untuk nafsu makan, kemampuan belajar, mengingat sesuatu, motivasi, dan adaptasi. Berbagai area otak yang dapat terpengaruh saat kita mengalami gangguan cemas sehingga kita pun mengalami berbagai macam gejala di tubuh. Seluruh jaringan tubuh manusia dapat saling berkomunikasi misalnya antara otak dan organ-organ tubuh yang lain, termasuk sistem imunitas dan hormonal.
Di awal terapi, orang yang mengalami gangguan cemas sulit untuk dilakukan psikoterapi dan konseling dikarenakan gejala fisik dan emosi cemas yang berlebihan, sehingga perlu dipertimbangkan untuk pemberian obat-obatan. Prinsipnya, ketidakseimbangan neurokimia di otak akibat gangguan cemas dapat diperbaiki dengan obat-obat yang mempengaruhi neurokimia tersebut. Obat yang diberikan bertujuan agar membantu klien agar dapat focus dan mudah menjalankan psikoterapi serta konseling. Terapi obat diberikan harus dengan pemantauan psikiater. Dosis obat dan lamanya pengobatan disesuaikan dengan berat ringannya gangguan cemas yang dialami oleh klien.
Obat-obat pilihan utama untuk gangguan cemas adalah golongan serotonin selective reuptake inhibitor (ssri). Obat ini bekerja untuk menghambat pengambilan serotonin di otak, dimana pada gangguan cemas kadar serotonin di otaknya berkurang. Sehingga dengan pemberian obat ini, serotonin yang berada di otak kadarnya menjadi normal kembali. Contoh obat golongan ssri ini adalah fluoxetine, sertraline, paroxetine, fluvoxamine, dan lain-lain. Obat lain yang dapat dikombinasikan adalah golongan benzodiazepine dan bupropion untuk mengurangi kecemasan yang berlebihan di awal terapi. Perlu hati-hati untuk pemberian benzodiazepine karena dapat menyebabkan ketergantungan bila dikonsumsi dalam jangka panjang dan dosis besar.
Pengobatan gangguan cemas pada umumnya diberikan 6 bulan hingga 1 tahun. Beberapa klien mengalami kekambuhan dikarenakan adanya stres dalam kehidupan sehari-hari yang belum teratasi. Oleh sebab itu, pentingnya psikoterapi dan terapi lainnya, selain pemberian obat-obatan, seperti terapi suportif, terapi pikiran dan perilaku, terapi relaksasi, dan manajemen stres. Setiap orang memiliki risiko untuk mengalami gangguan cemas, dan gangguan cemas dapat diobati.
Artikel terkait:
Takut Berlebihan terhadap Kondisi Kesehatan? Mengenal tentang Illness Anxiety Disorder