46 . Pertanyaan dari Member :
Saya pria lajang 35 thn, pekerjaan serabutan, pendapatan tidak ada masalah, tidak menikah, tinggal bersama kedua orangtua, tidak dituntut menikah oleh ortu dan saya bahagia dengan keputusan ini, jarang olah raga dan makan sembarangan.
Masalahnya gangguan memori saya semakin parah. Berawal dari lupa dimana menaruh barang seperti kunci, lupa mengunci rumah, hampir selalu lupa menggeser sandaran motor, lupa jadwal bertemu klien, lupa pernah mengucapkan sesuatu, atau sebaliknya merasa pernah mengucapkan sesuatu.
Misal : Saya pernah ucapkan hal A. Saya merasa itu adalah ide baru, tapi saya gak laksanakan. Lalu beberapa waktu kemudian saya bisa kembali ucapkan hal A, kembali merasa itu adalah hal baru, padahal ternyata sudah pernah saya utarakan berkali kali. Tapi saya sungguh merasa itu hal baru. Saya tidak ingat bahwa saya sudah pernah mengutarakan demikian. Dan juga terjadi sebaliknya. Saya yakin betul pernah sampaikan hal B tapi semua orang di sekitar saya mengatakan saya sama sekali belum sampaikan hal B. Sehingga hal ini mulai mengganggu hubungan kerja saya.
Sifat ayah saya seperti itu dan saya membenci karakter semacam ini. Tapi beliau selalu merasa benar sehingga merasa tidak memiliki masalah dengan hal ini.
Lebih parah lagi saya mulai kesulitan membedakan mimpi dan realita. Saya pernah mimpi tidak lulus kuliah, ketika bangun saya merasa memang belum lulus kuliah, bahkan saya sampai mencari ijazah saya krn merasa jangan jangan memang belum lulus.
Begitu pula saat mimpi bertengkar hebat dengan seseorang saat di kehidupan real saya bingung apakah pertengkaran itu mimpi ataukah kenyataan. Saya juga bermimpi ada pekerjaan belum diserahkan ternyata sudah. Atau sebaliknya dalam mimpi saya sudah selesaikan sehingga bangun dengan perasaan tenang tp ternyata belum. Juga masalah sex saya juga bingung antara mimpi atau nyata. Jika nyata tp yang bersangkutan dan semua hal seperti tidak terjadi apa apa. Jika mimpi tp kok semua sentuhan terasa real.
Saya juga semakin susah konsentrasi, dari pekerjaan 1 belum selesai pikiran saya loncat ke pekerjaan 2, belum selesai pekerjaan 2 pikiran saya sudah loncat lagi ke pekerjaan 3, sehingga performa kerja saya makin terganggu.
Secara fisik kesehatan saya menurun, sering merasa masuk angin, keseimbangan terganggu, mudah capek, kadang mual dan diare.
Menghadapi orang lain emosi cepat terpancing naik tapi juga cepat turun, emosi saya cenderung meledak ledak. Saya merasa semakin banyak dalam diri saya yang tidak benar tp di lain sisi saya tidak berdaya mengubahnya. Saya berusaha menguji diri saya untuk fokus membaca tulisan berat seperti karya ilmiah. Saya bertekad selesaikan satu halaman tapi saya gagal, pikiran saya loncat kesana kemari. Tapi tidak dengan membaca komik atau nonton film. Pikiran saya seperti anak kecil dan tidak dewasa. Saya sering gagal membuat prioritas dan dalam mengendalikan diri.
Apa yang sebenarnya terjadi pada saya, saya membaca beberapa gejala penyakit jiwa ada beberapa ciri yang terjadi pada diri saya, dan apa yg harus saya lakukan untuk mengatasinya agar tidak mengganggu kinerja dan relasi saya dengan sesama?
Terima kasih banyak atas perhatian dan tanggapannya dok.
Dear Bapak,
Tanpaknya gejala yang Anda ceritakan sudah mengarah pada gangguan memori, yang mana dicurigai terdapat masalah pada bagian otak Hipocampus. Penyakit ini bersifat menurun, sehingga jika ayah Anda diduga mengalaminya, akan lebih baik bila Anda menjalankan MRI, Brainmapping, dan Tes Neuropsikologi, terutama dengan usia Anda sekarang agar penanganan yang tepat segera dapat ditentukan.
Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432 / 081219591678 (Telp/SMS/WA).
Semoga bermanfaat.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., M.Psi., Psi., C.Ht
47 . Pertanyaan dari Member :
selamat sore dok,
saya mau bertanya dan meminta pendapat dokter. adik saya seorang remaja perempuan berumur 16 tahun. begini dok, adik saya memiliki kecenderungan untuk menggaruk kulit tangan dan kakinya juga picking skin di daerah sekitar kuku tangan san kakinya, terkadang hingga berdarah sehingga menimbulkan luka di kulitnya dan membuat daerah kutikulanya mengitam. awalnya saya dan keluarga saya mengira adik saya terkena eczema kulit, karena keluara saya memiliki keturunan eczema kulit apabila sedang banyak pikiran. tetapi setelah berkali-kali ke dokter kulit (beberapa dokter kulit) frekuensi menggaruk dan picking skin di daerah kukunya tidak kunjung mereda, kadang malah semakin sering. kini bahkan beberapa kuku adik saya sudah berubah menjadi lebar dan bergelombang permukaannya. saya melakukan sedikit pencarian tentang masalah adik saya, dan menemukan tentang convulsive skin picking disorder (delmatillomania) pada kasus self harm. saya mau meminta pendapat dokter tentang adik saya. apakah adik saya benar mengidap dematillomania? apakah saya harus mencoba agar adik saya membuat janji tatap muka dengan seorang pskikiater? atau bagaimana?
terimakasih dok...
Dear Bapak,
Gejala yang dialami adik Anda memang sudah mengarah pada delmatillomania. Seringkali, gejala skin/nail picking bersumber pada rasa cemas/gelisah. Konsultasi dengan psikiater untuk mendapatkan terapi anti anxietas akan membantu menurunkan gejala kecemasan sehingga akan berdampak langsung terhadap perilaku skin/nail Picking, namun tidak mengatasi konflik alam bawah sadar yang mendasari kecemasan tersebut. Maka dari itu, individu pun perlu mendapatkan psikoterapi untuk mengatasi sumber rasa cemas dan membantu mencari coping atas kecemasan dengan perilaku-perilaku yang lebih adaptif. Karena, dikhawatirkan individu akan relapse ketika sudah tidak lagi menjalani terapi anti anxietas bila hanya mengandalkan terapi obat.
Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432 / 081219591678 (Telp/SMS/WA).
Semoga bermanfaat.
Salam,
Alexandra G. A., M.Psi., Psi., C.Ht
48 . Pertanyaan dari Member :
saya merasa diri saya aneh. mood saya sering berubah-ubah. kadang saya kehilangan minat terhadap segala hal, putus asa, rasanya ingin mati, sedih berlebihan tanpa sebab, kehilangan nafsu makan, bahkan saya pernah sama sekali tidak makan apa pun selama 2 hari, membenci semua orang, saya pernah menonaktifkan hp dan semua akun medsos dalam waktu 1 bulan, dan berhenti bicara kepada orang seperti memutus hubungan dari orang-orang. ciri-ciri depresi. yang aneh, mood saya bisa berubah total menjadi bahagia tanpa alasan, deg-degan, optimis, sangat bersemangat, impulsif, ekspresif, menyampaikan kepada orang-orang bahwa aku menyayangi mereka.
agak-agak mirip gejala bipolar, hanya saja saya yakin saya tidak mengalami bipolar. dengan alasan saya bisa menutupi perasaan saya yang sebenarnya dari orang lain. misal saya sedang merasa sangat sedih, tapi saya bisa berlagak sedang bahagia. saya sedang membenci semua orang tapi saya bisa berpura-pura menyukai mereka, saya sedang bahagia, saya bisa berpura-pura sedih, dan kepura-puraan saya biasanya meyakinkan dan tidak terbaca oleh orang lain. (kadang ini membuat saya merasa seperti iblis berjubah putih).
pada dasarnya saya tipe orang melankolis dan tertutup. bahkan sangat tertutup. dari kecil sampai SMA saya hanya punya teman yang bisa dihitung dengan jari. saya selalu menghindari orang-orang. saya juga tertutup pada orang tua, meski pun orang tua saya selalu berusaha...., apa ya? mendekati atau mengenal saya begitulah kira-kira. saya tidak yakin kapan gejala ini mulai muncul, karena masa dari saya kecil sampai SMA saya agak lupa.jadi, saya katakan saja mulai dari kuliah. tapi, saya ingat banget, waktu SD saya sering terbangun tengah malam karena mimpi buruk. anehnya sekarang saya tidak punya rasa takut sama sekali.
apa yang sedang saya alami?
Dear Mba,
Gangguan suasana hati memang seringkali berhubungan dengan berbagai gangguan psikologis/psikiatris. Contohnya: Depresi, Bipolar, Skizoafektif, Gangguan kepribadian Borderline, dan lain-lain. Jadi, tidaklah baik untuk melabel diri sendiri hanya berdasarkan informasi yang samar. Penegakan diagnosa, tidak dapat dilakukan dengan konsultasi via online seperti ini. Disarankan bagi Anda untuk menemui tenaga profesional psikolog/psikiater terdekat untuk mendapatkan diagnosa yang valid. Psikolog/psikiater akan menggali permasalahan Anda lebih mendalam sehingga akan diketahui Gangguan yang Anda alami serta akar permasalahan yang seringkali sudah terlupakan. Demikian, Anda pun dapat menentukan langkah-langkah untuk memerbaiki diri Anda.
Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432 / 081219591678 (Telp/SMS/WA).
Semoga bermanfaat.
Salam,
Alexandra G. A., M.Psi., Psi., C.Ht
49 . Pertanyaan dari Member :
selamat siang dok,
saya wanita berusia 26th, disini saya mempunyai gangguan persaan dimana saya malu mengungkapkan kekurangan yang ada di dalam diri saya, yaitu saya mempunyai gangguan pendengaran.
karena hal tersebutpn membuat saya sering bepindah pindah tempat kerja. terkadang saya juga depresi apabila suatu kejadian sseperti ada datang tamu ke kantor mengetuk pintu dan saya tidak mendengar, dan saya tidak mendengar juga sebenarnya bos saya notice kalau ada yang mengetuk pintu.
memang untuk solusi seperti ini adalah dengan membeli alat bantu dengar, tetapi saya belum sanggup untuk membelinya krn memang alat tersebut agak mahal.
itu sangat mengganggu saaya dan selau membuat saya stress,..
Dear Mba,
darimanakah asal perasaan yang mengganggu tersebut? Apakah dari dalam diri Anda yang merasa tidak dapat melakukan yang orang lain lakukan, merasa/menganggap mendapatkan tanggapan negatif dari orang lain, ataukah memang Anda mendapat teguran langsung dari orang lain mengenai kinerja Anda?
Jika memang perasaan itu muncul dari dalam diri Anda. Semua orang pasti memiliki kekurangan, namun semua orang pun punya pilihan untuk terpuruk bersama kekurangan tersebut atau menerima dan berkembang bersama kekurangannya. Bagaimana dengan Anda? Usahakan untuk tetap mengumpulkan uang atau meminta bantuan untuk membeli alat bantu dengar, bila Anda merasa memang itulah jawaban dari permasalahan Anda. Selain itu, Anda dapat memilih bidang pekerjaan yang sesuai dengan Anda. Saya belum bisa menyarankan bidang pekerjaan bagi Anda karena Anda belum menceritakan gambaran pekerjaan Anda dan latar belakang keterampilan yang Anda miliki.
Jika perasaan itu muncul karena Anda merasa/menganggap ada tanggapan negatif dari orang lain. Coba Anda nilai kembali, apakah ini hanya kekhawatiran Anda saja. Dewasa ini, masyarakat memiliki kesadaran yang lebih tinggi terhadap orang-orang yang berkebutuhan khusus. Mereka pun terlihat memiliki toleransi yang lebih tinggi. Jika memang Anda telah diterima di tempat kerja Anda, saya rasa atasan Anda pun sudah memertimbangkan kekurangan Anda. Maka dari itu, coba telaah kembali, apakah memang ini hanya perasaan Anda saja?
Jika memang benar Anda mendapat teguran langsung dari orang lain. Perlu diingat, semua manusia, baik yang sempurna atau tidak, pasti pernah mendapatkan kritikan/teguran. Hanya persoalan apakah kita akan berkembang atas masukan (kritik/teguran) tersebut, atau terus merasa sakit hati dan menghindar dari masalah ini.
Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432 / 081219591678 (Telp/SMS/WA).
Semoga bermanfaat.
Salam,
Alexandra G. A., M.Psi., Psi., C.Ht
50 . Pertanyaan dari Member :
Selamat malam dok, saya mau tanya dan minta pendapat. Saya bekerja di kantor dalam team, saya punya masalah diteam saya sekarang ini ada seorang cewe yang ngeselin banget dok, bikin saya marah. Katakanlah dia ngefitnah saya gitu lah. intinya dia suka ngeledekin saya dan sekarang dia suka ngeledekin saya dengan hal yang bukan diri saya. dia udah kesekian kalinya ngeledekin saya gitu dan saya makin lama makin hilang kesabaran dok. ngeledekinnya berhubungan dengan sifat saya dan bahkan dia ngomong begitu di sebar”in ke team saya dan ke orang lain juga seakan” itu fakta. Tiap dia ngomong gitu saya diem dan pasang muka marah. Tapi dia gak nyadar” dok kalau saya itu sedang marah kalau diledekin gitu, waktu saya diem dia malah cuma bilang “ah dia kalo ngambek memang diem gitu” (padahal dalam hati saya kalau dia cowo udah aku tonjok mulutnya). Dia menganggap remeh dan ga tau kalau saya begitu marahnya makanya saya hanya bisa diem dan ga mau ngomong sama dia sementara (karna dia cewe). Saya juga ga tau harus gimana supaya dia berhenti ngeledekin saya kayak gitu. Bahkan saya jadi terus mikirin hal itu dan mempengaruhi mood saya seharian (mood saya jadi kesel seharian). Saya udah pernah bilang juga ke dia kalau saya tidak suka diledekin begitu, walaupun dia nganggap bercanda tapi saya tersinggung. Tapi dia masih ngulang” dan selalu ngeledekin gitu. Saya makin lama makin jengkel juga dok sama dia, saya pengen marah dan nyemprot dia tapi malu karna banyak orang di team saya. dan saya juga kalo marah takut dia ngelak dan makin dikurang ajarin sama dia nanti saya tambah malu dan marah. Dia orgnya cerewet dan pinter banget ngomong & mempengaruhi orang. Saya rasanya pengen nyelakain dia aja, jadi ga mau ngomong baek” lagi sama dia dok. Beruntung dia cewe dok, kalau dia cowo udah aku tonjok dari dulu mulutnya supaya ga ngomong gitu lagi. Ga mungkin aku nonjok cewe juga kan dok, apalagi di ruangan saya banyak orang juga. Bagaimana saya menghadapi orang seperti itu ya dok, saya bekerja dalam team yang saling berhubungan dan tidak dimungkinkan pisah ruangan sama dia. Apa yg harus saya lakukan dok?
Dear Bapak,
Hal tesebut dapat saja sudah menjadi kebiasaan teman Anda untuk bercanda meledek orang-orang di sekitarnya. Kalau Anda perhatikan, mungkin saja hal tersebut terjadi terhadap teman-teman Anda yang lain, namun tidak ditanggapi secara serius. Belum tentu pula teman-teman Anda menganggap informasi tentang Anda secara serius juga. Biasanya, perilaku menjatuhkan orang lain dilakukan untuk menutupi rasa ”rendah diri” atau ”kekurangan” orang tersebut. Jadi, sebelum dicemooh, orang tersebut lebih memilih untuk mencemooh orang lain terlebih dahulu.
Sulit memang untuk merubah kebiasaan orang lain, sehingga hal yang paling dapat kita lakukan adalah mengubah sudut pandang kita terhadap masalah tersebut.
Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432 / 081219591678 (Telp/SMS/WA).
Semoga bermanfaat.
Salam,
Alexandra G. A., M.Psi., Psi., C.Ht