101 . Pertanyaan dari Marsha :
Dear Doctor,
Saya ingin bercerita tentang masalah mood,stress,dan pikiran yang saya alami. Saya termasuk orang yang sering sekali berpikiran negatif termasuk pada partner hidup saya, seringkali terjadi saling mempertahankan ego satu sama lain, namun saya begitu sayang terhadap dia sehingga susah untuk move on, logika saya mengatakan untuk move on tetapi hati saya terkadang A terkadang B, tidak tentu arahnya kemana (moody), Jadi saya ingin sekali konsisten dan mengikuti kemana arah logika saya berfikir, hanya saja saya seringkali lebih cenderung mengikuti kata hati saya, terutama pada saat saat menjelang Haid, terkadang mood dapat berubah ubah, kdg sedih,marah, ingin membuat argumentasi terhadap partner saya tersebut. Dia pun sudah mengatakan bahwa kita tidak dapat bersama-sama lagi, dikarenakan saya jalan dengan pria lain. Alasan saya adalah karena selama ini status kita bukanlah sebagai pacar, namun hanya teman biasa dan ketika saya ingin minta balikan, ia tidak pernah mau.. Memang berdasarkan logika, kami tidak dapat lanjut ke jenjang berikutnya diakrenakan beda ras, kebudayaan dan agama. Tapi saya begitu menyayangi dia hingga saat ini. Saya sadar kesalahan tidak hanya ada pada diri saya, namun juga ada beberpa kesalahan dr dia. Tujuan saya hanya ingin move on dan menjalani hidup yang bahagia TANPA dia. Tetapi sekarang ini yang terjadi adalah saya tidak terlalu mempunyai banyak teman dan jarang hangout dengan teman lainnya karena mereka sibuk bekerja. Dikantor pun saya sendirian, Jadi saya lebih sering menghabiskan waktu sendiri dan mengalami konflik batin seperti diatas. Apa yang harus saya lakukan untuk move on dan menghindari pikiran negatif saya? Mohon bantuan nasihatnya dokter..Terima kasih.
Salam,
Shasha
Dear Mbak,
Perlu diingat, bahwa kita masih memiliki diri kita sendiri untuk menyayangi dan menjaga kita. Kami mengerti betapa berat kondisi yang Anda alami. Namun, ingatlah bahwa kehidupan Anda tidak hanya sebatas pasangan Anda, bukan? Sekarang adalah masa bagi Anda untuk melakukan seleksi terhadap pasangan, jika memang sudah tidak cocok, buat apa dipertahankan? Gagal itu wajar, tidak ada salahnya kita memiliki pengalaman akan kesalahan. Yang penting, bagaimana kita bangkit dari kegagalan itu dan memperbaiki diri kita supaya tidak lagi mengalami pengalaman yang sama. Sadarilah dan kenalilah apa yang Anda miliki sekarang, keadaan Anda sekarang, dan apa yang Ada di sekitar Anda. Ini adalah salah satu langkah latihan mindfulness untuk membantu pikiran menjadi netral, tidak melulu menilai sesuatu secara negatif. Namun, latihan mindfulness akan lebih optimal bila dilakukan atas pengawasan psikolog/psikiater.
Ingatlah bahwa Anda tidak sendirian. Kami pun banyak menangani kasus-kasus mengenai putus cinta seperti ini, banyak pula yang pengalamannya lebih buruk. Satu hal yang kami sarankan kepada mereka: Cobalah lihat dari sudut pandang orang lain. Renungkan hal ini, jika ada teman atau kenalan Anda yang datang pada Anda dan mengalami kondisi sama seperti yang Anda alami sekarang, kira-kira apa yang akan Anda katakan padanya?
Jawaban itu sudah ada pada diri Anda. Kami hanya dapat membantu Anda untuk menyadarinya. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Semoga bermanfaat.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., M.Psi., Psi., C.Ht
102 . Pertanyaan dari Member :
Saya seorang wanita berusia 26 tahun. beberapa tahun belakangan saya sering menyadari bahwa saya memiliki masalah dalam kemampuan untuk berpikir dan fokus. Sering sekali saya melupakan baik tugas, kalimat, atau janji yang baru saja saya terima. Sebagai contoh saya mendapat telpon bahwa akan ada pertemuan dengan seseorang hari selasa minggu depan, namun keesokannya saya bisa lupa baik lupa bahwa ada janji, atau ingat ada janji tapi lupa dengan siapa. contoh lain, saya sering lupa bahwa saya telah mengucapkan janji pada seseorang. Saya juga sering lupa dengan cerita yang baru saja diceritakan oleh teman saya.
Lupa menaruh barang dimana, sesekali pernah lupa sudah makan atau belum.
Saya juga sering merasa ketakutan. Saya terlalu sering memikirkan bagaimana respon seseorang jika saya bersikap sesuatu.Keadaan itu membuat saya akhirnya sulit untuk mengambil keputusan dan akhirnya hanya diam.
Saya juga sering merasa tidak layak, merasa tidak lebih baik dari orang lain. Saya sering minder dan kikuk jika bertemu dengan orang yg belum pernah saya temui. Namun saya juga sering membandingkan kondisi orang lain dengan kondisi saya dan jika ada yang lebih baik dari pada saya, jauh di dalam hati saya merasa tidak nyaman dan cemburu namun saya harus memacu pikiran saya bahwa tidak lebih baik dari orang lain adalah hal yang wajar sehingga saya kemudian bisa bersikap biasa saja.
Saya juga sulit untuk fokus pada project2 di pekerjaan saya. begitu menemukan masalah, saya langsung down dan akhirnya tidak memikirkan tugas itu sampai pada akhirnya project tsb mencapai batas waktunya dan saya semakin tertekan, namun dalam situasi tertekan justru saya kadang mampu memecahkannya.
dua tahun terakhir ini saya memang mengambil banyak sekali kegiatan sehingga sepertinya over load.
Dan yang terakhir, saya menyadari bahwa sejak kecil saya memang paling suka menunda-nunda dalam segala hal dan tidak terbiasa untuk bekerja secara terorganisir.
Apakah kebiasan ini yang menyebabkan semua karakter buruk tersebut di atas?
Saya ingin bertanya dokter, apakah ada suatu kelainan di dalam diri saya ?
atau yang saya alami ini adalah hal yg normal dan masih dalam batas wajar yg juga sering dialami oleh orang lain ?
Apa yang harus saya lakukan untuk memperbaiki karakter buruk di atas ?
Terima kasih.
103 . Pertanyaan dari Member :
Saya tidak bisa merasakan apa-apa selama setahun terakhir. Padahal sejak SMA (saat ini saya kuliah tingkat 2) saya sering merasakan berbagai macam perasaan yang sangat kuat. Dulu saya sangat menyukai bidang yang saya tekuni saat ini, setiap hari dihabiskan untuk mempelajari hal baru, namun sekarang tidak ada rasa, biasa-biasa saja. Saya juga tidak bisa merasa senang, sedih, atau peduli terhadap apun. Apa yang harus saya lakukan? Terima kasih
Halo,
Kondisi yang Anda ceritakan sepertinya mengarah kepada gejala depresi. Walaupun seperti tidak merasakan apa-apa, untungnya Anda masih dapat menyadari ada yang berubah dari diri Anda. Masih banyak informasi yang harus kami gali pula. Tolong ceritakan lebih jauh, kapan pertama kali merasa seperti ini? Apakah ada pemicunya? Bagaimana Anda memandang keadaan diri Anda sekarang? Perubahan-perubahan lain apa yang Anda sadari? Maksudnya sama sekali tidak merasakan emosi (senang, sedih, cemas, dll) atau seperti kehilangan gairah?
Anda dapat melanjutkan konsultasi online ini dengan menjawab pertanyaan di atas. Namun, biasanya seorang individu akan sulit mengungkapkan permasalahan mereka karena terlalu kompleks atau malah sudah ditekan ke alam bawah sadar, sehingga yang muncul hanyalah perubahan-perubahan seperti yang Anda alami sekarang. Kami lebih menyarankan Anda untuk berkonsultasi langsung dengan psikiater/psikolog agar kondisi yang Anda alami dapat dijabarkan lebih jelas, sehingga Anda pun mendapatkan penanganan yang tepat. Anda dapat menemui psikiater/psikolog terdekat dari lokasi tempat tinggal Anda atau membuat janji temu dengan kami.
Semoga bermanfaat. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., M.Psi., Psi., C.Ht
104 . Pertanyaan dari Member :
Saya seorang perempuan berusia 25 tahun. Sebenarnya saya sudah memiliki permasalahan sejak saya kecil (kira-kira ketika berumur 10thn) sejak ayah saya ketahuan selingkuh dan bertengkar dengan ibu saya, saya terbiasa melihat ayah memukul ibu saya,mengacungkan senjata tajam kearah ibu dan anak-anaknya,menyetir ugal-ugalan sambil berkata akan membunuh ibu dan kami, dan saya sering melihat ibu berteriak marah kepada ayah,menangis,dan mengamuk dikantor ayah.
Tidak lama ayah diberhentikan dari kantor,Ekonomi keluarga kami yang semula mapan menjadi carut-marut,banyak perjuangan menyedihkan yang kami lewati tapi hal itu tidak membuat ibu & ayah berdamai bahkan mereka memutuskan pisah ranjang walaupun tidak bercerai dan setiap hari mereka hanya bertengkar dan bertengkar, seperti tidak ada kecocokan lagi.
Saya juga memiliki 3 orang kakak.
Kakak yang pertama lulus dengan sarjana kedokteran, tapi memiliki sifat yang kurang perduli terhadap keluarga dan adik-adiknya. Nikah lari karena tidak disetujui orangtua,menjelek-jelekan keluarga sendiri,terakhir dia bercerai dan (katanya) sedang mencoba masuk agama kristen.
Kakak yang kedua, menikah secara hukum tapi setelah kelahiran anaknya dia bercerai dengan suaminy karena hubungannya tdak disetujui pihak laki-laki.
Kakak yang ketiga juga nikah lari karena tidak disetujui orangtua dan hal ini membuat benar-benar keluarga kami shock. Tapi sekarang hubungan dia+suami dengan keluarga baik-baik saja.
Saya sendiri memiliki permasalahan pada kepercayaan diri,tidak bisa bergaul,dan selalu berpikiran negatif dengan orang lain. Saya kerap merasa orang-orang tidak mau berteman dengan saya karena keadaan keluarga saya yang ekonominya biasa-biasa saja dan keadaan keluarga saya yang berantakan. Saya pun kadang tidak bisa mengontrol emosi walaupun saya akhirnya memilih diam dan menyimpan amarah itu sendiri.
Saya merasa muak dengan kehidupan saya yang menurut saya sangat tidak bahagia. Waktu umur 15 thn/17thn saya pernah mencoba bunuh diri dengan meminum parfum tapi kemudian saya sadar ketika sudah meminum sedikit dari parfumnya, setiap ada masalah saya selalu ingin bunuh diri walaupun akhirnya saya tidak melakukan hal tersebut karena saya selalu mengingat Allah.
Dalam pergaulan pun saya kurang baik, saya hanya bisa menerima 1 orang teman saja. Selebihnya saya akan menganggap mereka biasa-biasa saja. Belum lagi keadaan lingkungan sekitar yang seperti terus mencemooh dan mengejek keluarga kami.
Saya merasa nyaman dengan keadaan sepi dan kosong, padahal banyak orang yang bilang saya gampang bergaul dan sedikit cerewet tapi dalam lubuk hati yang dalam saya sebenernya berpura-pura untuk terlihat asyik untuk menutupi kekurangan saya selama ini.
Ini adalah pertama kalinya saya menceritakan sesuatu yang tidak pernah saya ungkapan pada siapapun. Mohon bantuannya dan terima kasih atas perhatiannya.
Dear Mbak,
Kadang orangtua memang tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan berdampak sangat negatif terhadap perkembangan mental anak-anaknya. Tapi walau bagaimanapun, inilah hidup Anda yang harus Anda jalani. Menyakitkan memang, namun inilah kondisi keluarga Anda yang (mungkin) tidak akan berubah. Solusinya, Anda yang harus berubah! Pertama, ingat-ingat kembali, apakah dari seluruh perjalanan hidup Anda sekarang, tidak ada satupun hal positif dari orangtua yang Anda ingat? Kadangkala, seseorang terlalu fokus pada hal-hal negatif yang mereka alami hingga melupakan hal positif pada diri mereka. Padahal, dengan mengingat hal-hal positif, kita dapat lebih bersuyukur atas kehidupan yang kita jalani sekarang. Kedua, Andalah yang bertanggung jawab atas diri Anda sendiri. Anda boleh membiarkan pikiran dan perasaan Anda terus terpuruk pada kondisi Anda sekarang, atau Anda mau lebih terbuka serta menerima kondisi keluarga Anda dan menjadikan hal ini sebagai pelajaran hidup yang tidak akan Anda ulangi saat Anda memiliki keluarga sendiri.
Jika memang Anda merasa tidak nyaman berada di rumah, lakukanlah kegiatan positif yang menyenangkan bagi Anda. Kami tahu bahwa kondisi yang Anda alami penuh dengan tekanan dan Anda pun jenuh atas tekanan tersebut. Cukup sesekali mengganti suasana, Anda pun dapat berpikir lebih jernih. Toh Anda sudah dewasa, selama Anda bertanggung jawab atas pilihan Anda. Ikutlah berbagai ekstrakulikuler, atau mendaftar freelance yang dapat memberikan kesempatan bagi Anda untuk kerja ke luar kota sesekali. Ingat, suatu saat pun Anda akan memiliki keluarga Anda sendiri. Anda akan dituntut untuk bertanggung jawab, tidak hanya bagi diri Anda, tetapi bagi pasangan dan Anak-anak Anda. Mulailah mencoba menguasai tindakan Anda.
Untuk mendapatkan latihan-latihan kontrol diri, Anda membutuhkan bantuan dari psikolog/psikiater. Kami sarankan untuk membuat janji temu dengan psikolog/psikiater terdekat dari lokasi Anda. Psikolog/psikiater akan membantu Anda meluruskan masalah Anda dan membantu Anda menguasai diri Anda dengan berbagai teknik kontrol diri.
Semoga bermanfaat. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., M.Psi., Psi., C.Ht
105 . Pertanyaan dari tomi yuliansyah :
saya seorang karyawan swasta yang bertempat tinggal di kota palembang.
saya baru lulus satu bulan yang lalu dari pendidikan saya strata 1 sebagai guru.
saya tinggal di lingkungan mahasiswa.di dekat tempat saya tinggal ada beberapa mahasiswi luar negeri dan salah satunya saya sukai.
saya suka kepada mahasiswi tersebut dan memberikan perhatian yang lebih, bukan pada mahasiswi yang saya sukai itu saja tetapi juga kepada 9 temannya yang lain.tetapi mereka menyangka saya sedikit aneh dan mungkin gila, karena saya sering marah kepada orang yang saya sukai tersebut.dan juga saya sering marah kepada tetangga samping rumah saya yang sering ribut.
pertanyaan saya, apa yang harus saya lakukan kepada mereka (teman2 orang yang saya sukai tsb) dan apakah benar saya tidak waras?
Dear Bapak,
Seseorang dikatakan tidak waras jika memang ia sudah merugikan diri sendiri (tidak bisa bekerja atau beraktivitas selayaknya orang pada umumnya) dan mengganggu orang lain (membahayakan, mengancam keselamatan). Secara sederhana, tidak waras itu dijelaksan sebagai suatu tindakan yang tidak umum, dalam sisi yang jauh lebih baik ataupun jauh lebih buruk. Mohon maaf karena kami masih membutuhkan informasi yang lebih dalam, seperti dalam hal apa Anda marah kepada orang yang Anda sukai (kita sebut saja A) atau kepada tetangga? Apakah Anda pun melakukannya terhadap orang lain selain mereka? Dan perhatian lebih seperti apa yang Anda maksud kepada teman-teman A? Apakah Anda bereaksi sama terhadap orang lain yang Anda sukai?
Reaksi marah terhadap A mungkin merupakan pertahanan diri atas rasa cemas saking Anda menyukainya. Bisa jadi karena Anda merasa takut mendapat penolakan dari A, sehingga Anda lebih menempatkan diri untuk menjadi orang yang ”tidak menyukainya”. Kondisi ini disebut dengan reaksi formasi. Agak kompleks memang untuk dijelaskan via online seperti ini. Jika Anda ingin kami membantu via online, Anda dapat menceritakan kondisi Anda lebih dalam dan secara lengkap. Namun, akan lebih baik untuk berkonsultasi kepada psikolog terdekat untuk menjelaskan kondisi Anda dan membantu mencari jalan keluar secara adaptif.
Semoga bermanfaat. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., M.Psi., Psi., C.Ht