Ceritakan Masalah Anda, Kami Siap Membantu




"Perlu diketahui bahwa konsultasi online bukan merupakan perwakilan dari konsultasi tatap muka, namun hanya sebagai gambaran konsultasi tatap muka."

Klik disini jika Anda setuju untuk mempublish nama anda dihalaman website.

working..

 

Beberapa Dari Mereka Telah Mnyelesaikan Masalahnya Disini, Sekarang Giliran Anda

 

106 . Pertanyaan dari ricardo  :
     Bapak/ibu saya ingin share keluhan saya. Akhir2 ini saya semakin depresi dengan kondisi kluarga saya khususnya mama papa saya ditambah lg dngn keadaan tetaangga yg tidak mendukung yg sllu menekan kluarga kmi. Alhsil smpai skrng rasa takut, minder, dan ga pd mkin menjadi. Ditambah lg maaf sya ada ktertrikan dngn ssama jenis. Saya sngt tertekan dngn kondisi saya saat ini. Saya minta saran trbaik dri bapak atau ibu. Terimakasih

 

Dijawab Oleh : Alexandra Gabriella A., M.Psi, Psi., C.Ht, C.ESt

Dear bapak,

coba ceritakan lebih jauh mengenai kondisi Bapak agar kami dapat memberi arahan dan membantu mencari solusi. Depresi itu suatu keadaan yang kompleks. Rasa sedih dan tertekan tidak melulu dapat didiagnosa depresi. Akan lebih baik untuk berkonsultasi dengan psikolog/psikiater untuk mengetahui dengan jelas kondisi Anda dan mendapatkan penanganan terbaik. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.

 

Semoga bermanfaat.

 

Salam,

dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

Alexandra G. A., M.Psi., Psi., C.Ht

107 . Pertanyaan dari Member  :
     Saya punya masalah denagn teman saya di satu klub martial art. Awalya saya sangat dengan klub ini. Masalah dimulai ketika saya suka dengan teman saya dan saya mengatakan ke dia. Teman saya aalnya mengatakan dia tidak bisa menjadi pacar saya dengan satu dan lain alasan tapi dia mau memperlakukan saya sebagai pacarnya. Awalnya saya diperlakukan sebagai pacarnya bahkan pernah dicium. Kemudian dia punya seorang junior kenalan yang sering ada "urusan" ke tempatnya. Sudah seperti pacarnya saja. Saya mencoba berbicara baik baik dengan teman saya. Tapi dia selalu memberikan banyak alasan mulai dari belajar bareng, ada urusan acara bareng, sampe sepupuan. saya tahu seharusnya seharusnya saya tidak mempercayai orang itu. Kemudian saya semakin lama kesal dengan memperccayai selama hampir setahun dan akhirnya saya disalahkan seakan-akan dia tidak ada salah sama sekali Pada akhirnya dengan santainya dia bilang lebih memilih permpuan itu. SAya tidak tahu bagaiman memaafkan dia. Terakhir saya melihat perempuan itu menggandeng tangan dia. Saya langsung teringat apa yang sudah dia lakukan. Saya tidak bisa terima sampai sekarang. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya ingin bisa ikut kegiatan klub ini lagi. Tapi saya masih sedih dan kesal meliha mukanya. Saya tahu say harus merelakannya. Tapi rasanya susah sekali. Teman-teman saya juga sepertinya tidak bisa membantu apa-apa. Saya merasa seperti seorang loser tapi saya tidak tahu bagaimana mengubah perasaan itu.

 

Dijawab Oleh : Alexandra Gabriella A., M.Psi, Psi., C.Ht, C.ESt

Dear Mbak,

Masalah cinta memang seringkali sulit mengandalkan logika. Kita dapat menutup mata atas sesuatu yang tak ingin kita lihat, tapi kita tidak dapat menutup hati kita untuk sesuatu yang tidak ingin kita rasakan. Konsultasi mengenai kasus sensitif seperti ini melalui media online memang sangat terbatas. Kami hanya dapat membantu dengan memberikan saran.

Perlu diingat bahwa Anda sendiri lah yang mengatur perasaan Anda terhadap situasi yang Anda alami. Hal ini memang menyakitkan, namun Anda pun dapat melihat sisi positifnya, bukan? Untung saja Anda tidak terjebak dalam satu hubungan dengan orang yang tidak bertanggung jawab seperti dia. Selain itu, dengan belajar dari pengalaman ini, Anda pun menjadi lebih dewasa dalam menilai seseorang. Inilah tujuan proses seleksi pasangan, bukan? =)

Pikirkan hal ini, jika Anda memiliki teman dekat dan ia pun mengalami hal yang serupa dengan pengalaman Anda sekarang, apa yang akan Anda katakan padanya? Coba renungkan hal ini.

 

Semoga bermanfaat. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.

 

                                          

Salam,

dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

Alexandra G. A., M.Psi., Psi., C.Ht

108 . Pertanyaan dari zuina ilmi  :
     Halo dok, saya seorang mahasiswi. Anak ke 2 dari 6 bersaudara. Beberapa tahun terakhir, saya sering merasa nyeri di semua bagian tubuh, terutama kepala, leher, dan punggung. Seringkali juga disertai mual, dan lelah yang berlebihan. Hampir tiap hari, saya mengalami insomnia. Jika tidur, saya juga sering terbangun tengah malam dan begadang lagi sampai subuh. Saat tidur, saya juga sering mengalami mimpi buruk seperti melihat diri saya di peti mati, ditembak, jatuh dengan kepala berdarah yang membuat saya langsung terbangun dan langsung merasa sakit di kepala, dsb. Selain itu, saya juga sering menangis tanpa sebab dan seketika pengalaman buruk saya akan berputar lagi dalam kepala. Dari kecil saya memang mengalami perlakuan yang buruk baik secara fisik atau psikis dari ibu saya. Pengabaian pun sering juga dilakukannya jika marah, sehingga saya seringkali merasa seprti orang lain yang tidak berhak diberi apapun. Dibandingkan yang lain, saya diposisikan sebagai orang yang sangat bersalah dan pemicu berbagai permasalahan yang ada di keluarga. Saya pernah bertanya-tanya tentang kesalahan yang saya perbuat sehingga saya dikatakan sebagai penyebab timbulnya masalah. Keluarga saya memang tidak harmonis. Sekarang orang tua sedang dalam proses perceraian. Penyebab utamanya yaitu orang ke 3. Ibu saya sudah memiliki orang ketiga sejak saya masih smp. Untuk yang kedua, ia berhubungan hampir 10 tahun. Jika dilihat sekilas, banyak yang berfikir ibu saya termasuk baik. Tapi, ia sering lepas kontrol, emosi, egois dan kekanak-kanakan jika berada dalam lingkungan keluarga. Jika saya sudah berbicara dengannya, saya sering bentrok karena pandangan kami yang berbeda dari segi apapun. Saya lebih nyaman sendiri dibandingkan dengan orang lain. Dalam berteman, saya lebih suka membatasi diri hanya untuk hal2 tertentu, sehingga saya jarang sekali memiliki teman yang sangat dekat. Oleh karena itu, saya sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain. Setelah kuliah, saya berusaha untuk membuka diri dan menerima orang lain yang mulai memasuki ranah pribadi saya. Saya juga kesulitan untuk berhubungan dengan orang yang lebih tua karena rasa takut yang selalu muncul jika melakukan kesalahan. Saya berusaha menempatkan diri saya sebaik mungkin agar orang lain tidak berpandangan buruk pada saya secara pribadi seperti yang mereka lakukan pada keluarga saya. Setelah saya pelajari, saya memang mengalami gejala depresi karena masalah saya mulai mengganggu dan menyebabkan saya kehilangan konsentrasi untuk melakukan urusan yang memang harus selesai. Menurut dokter, apakah saya juga mengalami gangguan kepribadian lain selain depresi? Apakah saya benar2 harus konsultasi lebih lanjut karena saya termasuk tidak nyaman dengan pembicaraan langsung? Saya lebih baik ke psikolog atau psikiater? Terima kasih dokter sebelumnya...

 

Dijawab Oleh : Alexandra Gabriella A., M.Psi, Psi., C.Ht, C.ESt

Dear Mbak,

 

Dear Mbak,

Gangguan kepribadian pada umumnya memang terbentuk dalam pola asuh dan hubungan keluarga. Namun, kami tidak dapat memberikan gambaran karena Anda pun belum memberikan informasi mengenai diri Anda lebih jauh. Selain itu, penegakkan diagnosa pun harus melewati sesi konsultasi tatap muka dan (bila perlu) asesmen kepribadian. Cerita Anda lebih banyak memberikan informasi mengenai simtom depresi yang Anda rasakan. Sakit kepala merupakan kondisi psikosomatis atas rasa tertekan yang Anda alami, yang muncul sebagai gangguan atas kondisi fisik Anda.

 

Kalau dari kondisi Anda, akan lebih baik untuk menemui psikiater terlebih dahulu untuk menjalankan terapi psikotropika antidepresan agar kondisi Anda tidak semakin memburuk. Setelah itu baru menemui psikolog untuk mendapatkan psikoterapi untuk membantu Anda bertalih keterampilan yang dapat membantu menjaga kestabilan mood Anda dan memecahkan masalah Anda. Selain itu, di klinik kami tersedia jasa psikolog dan psikiater yang saling bekerja berdampingan untuk menangani pasien, sehingga jika Anda ingin menggunakan jasa kami, tidak perlu bingung untuk menemui siapa terlebih dahulu. Anda dapat membuat janji temu di 0215609432.

 

Beberapa hal yang bisa Anda lakukan sekarang adalah mencari ”rasa aman” itu sendiri. Sebelum tidur, atau ketika Anda sudah berada dalam kondisi relax, coba cari satu tempat atau sosok yang dapat membuat Anda merasa aman. Anda bisa mencari dari pengalaman Anda atau membentuknya sendiri. Bayangkan seakan-akan Anda benar-benar berada di sana atau berada bersama orang tersebut. Sadari dan kenali perasaan Anda saat itu. Lalu ijinkan diri Anda merasakan apa yang Anda rasakan ketika membayangkan hal tersebut. Ketika Anda sudah dapat mengenali ”rasa aman” itu, bimbing diri Anda untuk merasa aman ketika Anda berada dalam situasi yang membuat Anda tertekan.

 

Semoga bermanfaat. 

                                          

Salam,

dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht

109 . Pertanyaan dari Member  :
     Biasanya saya nnton film atau sering larut dalam fikiran saya eh tiba tiba udah jam 2 malam. Saya suka suasan malan hening, sepi, semua orang rumah tidur, ga ganggu saya. Saya tipe orang pemikir, kadang yg ga relevant jga saya pikirin, saya juga udh sering browsing online liat liat possibilities saya cukup yakin kalo saya ada social anxiety, karna saya bener" lebih nyaman dan lebih leluasa ngapa ngapain sendiri ga suka ditmpat orng banyak. Saya selalu menghindari segala situasi yg buat saya ga nyaman. Contohnya kaya akng ini mending ke pskiater online dari pada ketemu lngsung krna saya ga bakal mau/bisa crita.

 

Dijawab Oleh : Alexandra Gabriella A., M.Psi, Psi., C.Ht, C.ESt

Dear Mbak,

 

Jika memang Anda mengalami social phobia, inisiatif untuk melakukan konsultasi online seperti ini pun sudah menjadi langkah yang besar. Namun, mohon maaf karena kami pun tidak dapat memberikan diagnosa valid lewat media online seperti ini. Selain itu, kami perlu melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk menegakkan sebuah diagnosa agar tidak terjadi salah diagnosa, mengingat banyak gangguan yang memiliki ciri serupa. Akan lebih baik untuk melakukan konsultasi langsung, demikian tindakan "bertemu tatap muka dengan psikolog/psikiater" tersebut sudah menjadi salah satu langkah terapi yang disebut desensitisasi.

Perlu Anda pertimbangkan, walaupun yang Anda lakukan sekarang membuat Anda merasa aman, tetapi ingatlah bahwa rasa aman itu bersifat semu, sama seperti rasa tidak aman irasional Anda ketika berada di lingkungan sosial pula. Pertimbangkanlah, sampai kapan Anda mau seperti ini? Jangan sampai Anda menyadarinya ketika sudah banyak kesempatan yang Anda buang.

Ada baiknya untuk menemui psikolog/psikiater untuk mendapatkan diagnosa dan penanganan sebelum kondisi Anda memburuk serta mempengaruhi aktivitas keseharian Anda dalam bekerja dan bersosialisasi. Dalam sesi terapi, akan dilakukan asesmen untuk melihat permasalahan di alam bawah sadar Anda. Setelah itu, terapis (psikolog/psikiater) akan membantu Anda mengatasi konflik di alam bawah sadar tersebut dan mengajarkan Anda keterampilan untuk mengatasi rasa tidak aman irasional Anda.Jika Anda ingin menggunakan jasa kami, tidak perlu bingung untuk memutuskan akan bertemu psikolog atau psikiater terlebih dahulu karena di klinik kami tersedia jasa keduanya. Psikolog dan psikiater kami akan bekerjasama menangani kondisi Anda hingga anda dapat mencapai perkembangan yang optimal.

 

Semoga Bermanfaat. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.

 

                                          

Salam,

dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht

110 . Pertanyaan dari Muhammad Ghulam Farras  :
     Saya seorang pelajar SMA, sudah 2 tahun ini saya memiliki rasa malu yang saya kira berlebihan dan tanpa sebab, dan saya menjadi pribadi yang sangat egois, dan selalu ingin menjadi penguasa, bahkan saya terkadang melakukan sedikit kekerasa kepada teman untuk mencapai apa yang saya inginkan. saya mau tanya, apakah ini merupakan gangguan ? kalo iya, boleh tahu apa nama gangguan ini ? dan bagaimana solusinya ?

 

Dijawab Oleh : Alexandra Gabriella A., M.Psi, Psi., C.Ht, C.ESt

Dear Mas,

Sungguh baik bila Anda menyadari sifat egois dan dominan tersebut, karena seringkali seseorang tidak menyadarinya, bahkan tidak memperdulikannya. Memang gejala ingin menguasai, mementingkan kepentingan diri, serta menggunkan kekerasan untuk mendapatkan yang diinginkan sudah mengarah pada ciri Gangguan Kepribadian Narsisistik. Tetapi diagnosa tersebut tidak dapat ditegakkan sebelum seseorang memasuki usia dewasa (20 tahun ke atas). Alasannya, karakteristik perilaku yang ditunjukkan anak usia remaja, dapat dikatakan, belum menetap dan cenderung lebih mudah untuk diarahkan. Namun, tetap saja karakteristik yang muncul merupakan cikal bakal arah berkembangnya suatu kepribadian, bukan? Ada baiknya untuk berkonsultasi dengan psikolog untuk menjalankan asesmen trait kepribadian dan menjalankan terapi agar sedini mungkin dapat dicegah berkembangnya gangguan kepribadian tersebut.

Penanganan bagi Gangguan Kepribadian Narsisistik biasanya ditangani oleh psikolog yang akan membantu Anda melihat realita sehingga Anda pun tidak lagi memiliki obsesi yang tidak sehat akan kekuasaan dan membantu Anda belajar mengarahkan kebutuhan psikologis Anda pada hal-hal yang lebih sehat. Selain itu, ketika sadar akan tindakan Anda yang egois, intimidatif, ataupun dominan, coba bayangkan jika Anda berada di posisi orang lain. Coba tunda perilaku tersebut dan pertimbangkan kembali tindakan Anda, mengapa Anda harus melakukannya dan mengapa Anda tidak boleh melakukannya.

Mengenai rasa malu, kami masih kurang memiliki informasi dalam hal ini. Coba ceritakan lebih lanjut pada kondisi seperti apa yang membuat Anda merasa malu? Apa yang Anda pikirkan? Karena hal ini terlihat bertolak belakang dengan informasi lain yang Anda keluhkan.

 

Semoga bermanfaat. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.

 

                                          

Salam,

dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht

1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 |

Artikel Kesehatan