111 . Pertanyaan dari Member :
Dear dokter, Saya seorang mahasiswi, saya memiliki pasangan yang mungkin bisa dibilang hubungan kami ngambang dok. Kami berpacaran sejak kelas 2 SMA (2011), hingga kami mengambil kuliah di tempat yang sama. Selama pacaran kami sangat dekat dengan keluarga kami bahkan kedua keluarga sudah saling mengenal. Akhir tahun 2013 kami putus, dia yang minta putus. Dan ketika itu saya lihat dia sedang dekat seorang wanita, dimana wanita itu dikenalnya ketika masih pacaran sama saya. Meskipun kita putus, dia minta agar kita masih berhubungan dekat dan itu berjalan selama 1 tahun. Di awal tahun 2015 ini, dia dekat dengan wanita baru, saya cemburu dok, ya gimana ngga cemburu dok kalau saya masih merasa sangat dekat dengan dia. Dia bilang ke saya kalau itu hanya teman dekat, tapi saya memiliki pemikiran sendiri kalau wanita itu tidak hanya sekedar teman saja karena mereka berdua BBM secara intens. Tahun baru kemarin, wanita itu main ke rumahnya, wanita itu dari bandung sedangkan saya dan mantan saya di kediri. Saya sempat bertemu mereka di salah satu tempat makan favorit saya waktu pacaran dulu,dan itupun sengaja saya lakukan agar saya bisa bertemu mereka dan saya tahu wanita seperti apa itu. Ketika saya bertemu saya sedikit berbicara dengan nada menyindir. Setelah itu keesokan harinya mereka jalan2, saya tahu itu namun saya tidak pergi ke tempat yang dituju mereka. Pada hari itu juga, saya diajak keluar dengan ibu mantan saya itu. Saya keluar sampai jam 8 malam, dan diajak kerumahnya sampai jam 11 malam. Dia belum pulang dari jalan2nya itu. Saya beri tahu ibunya kalau dia sedang begini bersama ini, dan saya kasih tunjuk fotonya ke ibunya. Pada saat itu saya marah, karena ketika ibu dan bapaknya telpon, dia tidak mengangkat sama sekali. akhirnya saya bbm dengan kata yang sedikit kasar. dia mengatakan kalau saya gila, saya setres karena rasa cemburu saya itu. apakah salah yang saya lakukan? apakah benar apa yang dia ucapkan? dan menurut dia, saya itu tidak dewasa. Mana yang tidak dewasa, saya atau dia? Mohon balasannya dokter. saya sangat butuh bantuan dokter.
Dear Mbak,
Cinta memang sulit ditebak. Kita dapat menutup mata terhadap sesuatu yang tidak ingin kita lihat, namun kita tidak dapat menutup hati kita terhadap sesuatu yang tidak ingin kita rasakan. Berat memang yang Anda rasakan ketika pengorbanan yang Anda berikan tidak setimpal dengan timbal balik yang Anda dapatkan. Tetapi, Anda pun harus tahu bahwa si pria pun tidak memiliki kesadaran untuk berubah sesuai harapan Anda. Anda pun tidak dapat memaksakan hal tersebut, Bukan? Jadi, menurut Anda, Anda atau si pria yang harus berubah?
Perlu Anda sadari bahwa Anda memiliki pilihan. Coba kenali lebih dalam alasan-alasan mengapa Anda memilih untuk tetap bersama pasangan dan menempatkan diri pada posisi yang mengambang? Cobalah pertimbangkan, buatlah daftar pro dan kontra atas pasangan. Apa yang menjadi "pro" atas hubungan Anda dan apa "kontra" atas hubungan tersebut. Dengan menuliskannya, Anda dapat semakin jelas menyadari posisi Anda sekarang sehingga dapat menentukan keputusan yang lebih adil bagi Anda. Apakah memang pria ini pantas mendapatkan cinta Anda?
Semoga bermanfaat. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht
112 . Pertanyaan dari Member :
Halo Dok,saat ini saya bekerja di salah satu perusahaan swasta di daerah jakarta pusat, saya mulai bekerja oktober 2013 di jakarta,kemudian dari desember 2013- oktober 2014 saya kerja di Sumatra dan dari oktober hingga kini saya kembali bekerja di jakarta. kembali bekerja di jakarta saya sangat berjuang mengatasi masalah2 dalam hidup saya antara lain : 1. Gaji ketika saya di jakarta dan di lampung sangat berbeda jauh, hal ini menghambat tingkat "kesukaan" saya kepada pekerjaan saya,yang berdampak kepada kurang produktifnya pekerjaan saya. 2. saya mengalamai kesulitan beradaptasi dengan orang-orang yang selevel dengan saya (Baca S1),di Sumatra saya punya bawahan setingkat SMA dan rata2 tingkat pendidikan disana lebih rendah,ketika pindah ke jkt saya dihadapkan dengan orang2 yang selevel maka saya agak merasa minder, terlebih saya sangat suka jadi pusat perhatian,tapi ketika saya merasa tidak bisa jadi pusat perhatian saya menjadi merasa insecure dan malas bergaul dengan orang2 sekitar yang selevel, hal ini memengaruhi tingkat pergaulan saya di kantor, saya merasa kurang nyaman di tempat kost yang banyak orang sekantor dengan tingkat job class yang sama,entah kenapa saya lebih nyaman bergaul dengan orang orang dengan level di bawah saya. 3. hal ini berdampak besar,saya jadi lebih sering menyendiri sekarang,dan saya sadar ini tidak baik,tapi dengan kesendirian kadang saya merasa nyaman dengan hidup saya, tapi saya ingin berubah menjadi orang yang gembira seperti dlu lagi ketika jadi pusat perhatian di kampus 4. apakah saya harus pindah kosan dan pindah kerja agar merasa lebih nyaman ? atau saya harus paksa diri saya sendiri untuk berbaur,sejauh ini saya sudah berusaha tapi saya rasa makin hari hidup saya malah makin tidak teratur. 5. saya mengalamai kegagalan dengan pasangan (pacar) dan hal ini juga memngaruhi saya,sudah 1.5 tahun putus,tetapi saya masih mengharapkan dia,dan saya merasa kalau saya menyesal telah putus dengan dia mohon bantuannya dok
Dear Bapak,
Cobalah untuk menantang diri Anda sekarang. Anda telah bekerja di bidang yang Anda kuasai, dan satu-satunya hal yang menghambat Anda adalah rasa tidak nyaman yang mana muncul karena Anda bersaing dengan orang-orang yang sama handalnya dengan Anda. Coba pertimbangkan, mengapa Anda tidak berpikir hal ini menjadi sebuah tantangan? Ketika Anda dapat menjadi lebih baik dari mereka, di situ lah kemampuan Anda dapat dinilai lebih bukan? Dan dengan demikian pun Anda dapat berkembang. Anda pun perlu menyadari, mengapa Anda merasa kurang mampu dibandingkan teman selevel Anda hingga Anda merasa tidak nyaman? Akan lebih baik jika Anda dapat menang berlomba lari dengan seekor kijang, dibandingkan menang dari seekor kura-kura. Hal tersebut tidak membuktikan apapun dan hanya menjadi kepuasan yang semu di mana Anda pun tidak dapat berkembang.
Namun, perlu diingat pula bahwa karakteristik yang ada pada diri Anda pun mengarah pada pribadi yang tidak sehat. Ketakutan untuk tersaingi dan keinginan untuk menjadi pusat perhatian merupakan sebagian dari ciri gangguan narsisistik. Dan jika memang Anda mengalami hal tersebut, akan sangat merugikan hubungan sosial Anda dengan orang-orang terdekat Anda karena Anda akan selalu merasa kurang mendapatkan perhatian dari mereka sehingga terus mencari perhatian berlebihan dari mereka (contoh: posesif ataupun menjadi tempramental). Cobalah untuk merefleksi diri Anda.
Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Semoga bermanfaat.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht
113 . Pertanyaan dari Member :
salam dokter, dok kenapa ya saya kadang suka merasa canggung, gugup dan ada perasaan2 tidak nyaman jika berada di tempat keramaian, saya kadang merasa cepat lelah jika ada di tempat ramai yg banyak sekali orang. saya merasa termasuk orang yg sulit bersosialisasi, mudah gugup dgn suasana baru yg tiba2 muncul, saya suka sedih karna saya ingin seperti orang lain yg mudah beradaptasi tapi saya gak bisa.. kadang saya merasa orang2 di sekitaran saya juga tdk mudah menerima saya. mungkin mereka pikir saya kaku, jadi saya lebih suka menarik diri dan sendiri saja. mungkin itu sebabnya saya hnya memiliki sedikit teman dekat itupun teman2 yg sdh lama.
tapi dok, adakalanya saya senang pergi ketempat2 ramai, bertemu bnyk orang... saya semangat dan percaya diri tapi itu jarang terjadi dan biasanya gak tahan lama... sesudah itu saya hanya merasa seorang diri. dok, saya merasa dulu saya adalah orang yg ceria... tapi entah knp sekarang ini saya merasa mudah sedih,mudah marah, mudah cemas dan pesimis. dok apakah yg terjadi pada saya hal yg normal? jika ingin berkonsultasi kpd siapa saya harus datang..? apakah psikolog dulu atau langsung ke psikiater?
Dear Ibu,
Kemampuan beradaptasi dan bersosialisasi itu dipelajari dalam kehidupan kita sehari-hari, terutama dalam hubungan di dalam keluarga. Coba Anda ingat-ingat, apakah semasa kecil Anda jarang bertemu dengan orang/situasi baru? Atau memang keluarga Anda cukup tertutup terhadap orang-orang lain di luar anggota keluarga? Karena semua itu hanyalah proses pembiasaan, jika memang Anda tidak terbiasa untuk berada dalam suasana yang ramai, tidak heran bahwa Anda merasa tidak nyaman.
Gejala yang Anda sebutkan memang sudah mengarah pada karakteristik social anxiety disorder (social phobia) atau agoraphobia, namun perlu diingat bahwa interaksi sosial sehari-hari pun dapat menyebabkan ketakutan ekstrem. Perbedaannya ada pada intensitas kecemasan yang muncul serta pikiran yang mendasari kecemasan tersebut. Dapatkan Anda mengenali pikiran itu? Apakah yang mendasari atau yang Anda takuti dari ”merasa seorang diri”? Coba kenali alasan keadaan tersebut, mengapa hal itu menjadi masalah bagi Anda? Dan dengan adanya perubahan mood (antara merasa bersemangat dan tidak nyaman), dicurigai pula adanya kecenderungan gangguan mood yang harus digali lebih dalam.
Phobia merupakan bagian dari gangguan kecemasan, sehingga biasanya dapat diatasi dengan terapi psikologi untuk memodifikasi pikiran irasional Anda yang mendasari kekhawatiran tersebut. Namun, pada kasus dengan intensitas yang berat, akan lebih baik untuk menjalani psikofarmaka antianxietas terlebih dahulu, dengan pengawasan ketat psikiater tentunya, sambil menjalankan terapi psikologi saat keadaan sudah cukup stabil. Jika tidak, kesembuhan pun kurang optimal. Di klinik kami tersedia jasa konsultasi psikolog dan psikiater, sehingga Anda tidak perlu bingung.Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Semoga bermanfaat.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht
114 . Pertanyaan dari Member :
Dear Dokter,
Saya Fiona,24 tahun...saya sejak kecil merasa bahwa ada yang berbeda dengan diri saya, yaitu saya selalu merasa bahwa saya adalah perempuan, tetapi secara biologis tubuh saya adalah tubuh laki-laki. Saya pernah menceritakan mengenai hal tersebut kepada keluarga saya, pada saat saya berusia 3 tahun, tetapi bukannya mendapat bantuan atau perhatian dari keluarga, saya justru ditertawakan pada saat itu karena hanya dianggap bercanda atau omongan anak kecil yang tidak perlu diambil pusing.
Saya dari usia balita sudah menyukai hal-hal yang feminin,tidak bisa dan sama sekali tidak menyukai hal-hal yang bersifat maskulin.
Saya sebelumnya sama sekali tidak mengenal istilah transgender sampai ketika saya menginjak masa SMA ketika saya akhirnya menemukan istilah tersebut di internet.
Masa kecil hingga masa remaja saya merupakan masa yang sulit, dimana saya sangat membenci tubuh saya dan berusaha untuk menghilangkan organ kelamin saya karena saya benci sekaligus jijik dengan benda tersebut. Saya memasuki usia SMP mulai berpikir untuk bunuh diri, karena saya tidak sanggup untuk terus berpura-pura menjadi anak laki-laki, dan saya beberapa kali mencoba melakukan upaya tersebut sampai dengan usia SMA.
Memasuki masa kerja, depresi saya semakin menjadi. Saya sempat berpikir untuk membeli sebuah pistol dan mengakhiri hidup.
Terkait dengan orientasi seksual, saya selama ini lebih banyak jatuh cinta terhadap perempuan, walaupun saya sempat beberapa kali jatuh cinta pada laki-laki. Saya sempat berpacaran dengan perempuan sebanyak 3 kali, tetapi tidak ada satupun yang bisa membuat saya merasa saya sebagai lelaki. Justru sebaliknya, saya merasa dalam hubungan tersebut ada dua orang perempuan.
Saya beberapa kali mencoba untuk self-therapy menggunakan pil kb ketika kuliah untuk jangka waktu tertentu, berhenti, kemudian mulai lagi. Info terkait penggunaan pil tersebut saya dapatkan ketika saya bergabung dalam suatu forum LGBT. Saya tahu betul mengenai risiko dari penggunaan pil tersebut, tetapi bagi saya ketika itu, rasanya nothing to lose karena saya benar-benar membenci tubuh saya.
Hingga akhirnya sekarang, saya masih bingung dengan kondisi saya. Di satu sisi, saya benar-benar ingin bertransisi menjadi seorang perempuan, mejadi diri saya apa adanya. Namun, di sisi lain saya masih bimbang karena keluarga saya sama sekali tidak tahu mengenai sisi pribadi saya yang sebenarnya. Saya satu-satunya anak laki-laki di keluarga saya. Saya rasanya tidak sanggup untuk melihat ibu saya menangis apabila mengetahui kondisi anak laki-lakinya yang ternyata berjiwa perempuan, tetapi saya sendiri juga sangat tidak nyaman berada di tubuh ini. Lantas apa yang sebaiknya saya lakukan dokter?
Terima kasih atas bantuannya.
Jawab:
Halo,
Terima kasih Anda sudah mau berbagi dengan kami. Kasus homoseksualitas memang masih menjadi tabu di lingkungan masyarakat kita. Penolakan dan stigma yang datang dari orang-orang terdekat memang sangat menekan hingga berujung pada depresi bahkan bunuh diri. Namun, dalam dunia psikologi dan psikiatri klinis, homoseksualitas bukan merupakan gangguan. Sedari kecil, individu homoseksual memiliki kondisi fisiologis (fungsi otak) yang berbeda, contohnya pada struktur Medial Pre Optik area di hipotalamus sehingga wajar bila Anda telah menyadari ”perbedaan” tersebut sedari umur 3 tahun. Tetapi, bukan berarti mereka tidak punya pilihan untuk menjalankan peran sebagai individu heteroseksual.
Mengenai kondisi keluarga Anda, kami tidak dapat banyak membantu karena Anda belum menceritakan kondisi orangtua Anda, apakah mereka merupakan orang yang terbuka, tertutup, agamais, dll. Mungkin dapat membantu bila Anda mengajak salah satu orangtua untuk berkonsultasi, supaya psikolog/psikiater dapat membantu Anda mengomunikasikan kondisi Anda.
Sangat baik bila Anda bergabung dengan kelompok kemanusiaan yang bergerak dalam LGBT. Namun, carilah kelompok yang terpercaya karena tidak jarang forum/kelompok yang malah menjerumuskan. Mengenai operasi kelamin, prosedur yang harus dijalani cukup kompleks. Selain menjalankan persiapan fisik dan mental secara rutin, Anda pun akan diharuskan untuk menjalankan peran sebagai perempuan selama 2 tahun. Hal tersebut bertujuan mencegah terjadinya penyesalan. Selain itu, perlu diketahui bahwa alat kelamin Anda tidak akan sempurna selayaknya wanita. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Semoga bermanfaat.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht
115 . Pertanyaan dari Member :
saya seorang mahasiswi semester 1..
ini pertama kalinya saya mencoba untuk pisah dengan orang tua saya, dan mencoba hidup sebagai anak kos.
saya sekamar bertiga orang kami mempunyai sifat yang bisa dibilang berbeda..
salah satu teman saya seiring tidak mau berbagi makanan dengan kami,, biasanya saya jika dibawakan makanan oleh orang tua saya selalu membiarkannya terletak di tempat makan agar semua teman dapat mengambilnya
tapi berbeda dengan dia, jika dia membawa sesuatu dari rumahnya dia selalu menyimpan dan tidak mau membaginya, dan bila membuat sesuatu pasti dia ikut tanpa membayarnya atau ikut andil dalam masalah keuangan.
bagi saya itu agak tergangu tapi mau bagaimana lagi karena saya merasa berhutang padanya karena dia mau meminjamkan barangnya...
terkadang ia berkata kasar sehingga membuat orang tergangu,,
Dear Mbak,
Walau bagaimanapun, ketika seseorang berbagi jarak personal, pasti pernah mengalami ketidakcocokan. Bagaimana dengan tanggapan teman sekamar lainnya? Jika memang ia pun merasa terganggu, tidak ada salahnya untuk menegur teman Anda. Teguran memang seringkali dianggap hal negatif, namun sisi positifnya bahwa teguran pun mendidik orang lain agar menjadi lebih baik dan dapat menjaga kerukunan.
Menurut kami, dalam beberapa hal memang teman Anda salah. Tetapi, dalam hal tidak mau berbagi makanan, kami rasa ia pun bebas memilih untuk berbagi ataupun tidak berbagi. Anda mungkin merasa tidak nyaman karena Anda berpikir seharusnya Anda mendapat timbal balik dari teman Anda, tapi kehidupan tidak berjalan demikian, bukan? Ia berhak untuk tidak berbagi, bergitupula dengan Anda yang berhak memilih untuk berbagi. Jangan sampai hal ini membuat Anda kesal, karena Anda lah yang memilih untuk berbagi dengan dia. Lakukanlah hal-hal yang membuat Anda nyaman dan tidak perlu memikirkan tanggapan orang lain, selama hal tersebut tidak merugikan.
Semoga bermanfaat. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht