141 . Pertanyaan dari Member :
selamat siang dokter, saya ibu bekerja+ibu rumah tangga dengan 1 anak, umur 30 tahun. Latar belakang saya saat ini bekerja sabagai engineer di salah satu perusahaan negara. saya menyukai pekerjaan saya, tapi saya merasa sering cemas, takut, kurang percaya diri dengan kemampuan saya. saya sering merasa bingung dalam mengambil keputusan, di berikan pilihan saya tidak bisa memilih, akibatnya saya saat ini di cap sebagai " orang yang berusaha menyenangkan lawan bicara". awalnya teman ,sekarang menjadi pihak yang ingin saya hindari, karena saya cenderung menghindari konflik dan sering menarik diri dari lingkungan, selalu menutupi kekurangan saya dengan hal bersikap ramah dan cenderung plin plan.
apakah latar belakang keluarga saya kah yang menyebabkan saya bersikap seperti ini ? menurut saya, saya sudah berubah tapi ada hal2 kecil yang selalu membuat saya menarik diri. latar belakang keluarga saya kurang harmonis, ibu saya sangat keras, menilai sesuatu dengan "harga & nilai", dan ayah saya sendiri beberapa kali ketahuan berselingkuh. ibu saya berusaha mati2an mempertahanan keluarga saya, karena masih mengutamakan anak2nya yang saat itu membutuhkan biaya untuk pendidikan. saat saya masih kecil saya sering mengidamkan keluarga yang utuh, bisa berjalan2 bersama2, ttp yang terjadi adalah seringnya konfli di keluarga kami. oh ya saya tambahkan, saya mempunyai emosi yang labil , keras , tidak bisa mengambil keputusan karena selalu apapun yang memberikan keputusan saat saaya kecil-smu adalah orang tua saya. Saat kuliah, saya memutuskan kuliah ditempet berjauhan. Teman2 saya saat kuliah mengganggap saya “labil” dan itu saya benarkan. Dan saat mulai memasuki dunia kerja, saya menutupi kekurangan saya dengan banyak bersikap pasif dan menarik diri.
Dalam keluarga kecil saat ini, saya sering merasa takut. Takut kekurangan waktu dengan anak saya, takut menjadi ibu yang tidak baik bagi anak saya,takut suami tidak nyaman dengan saya.
Selain itu ,saya sering meledak2 emosi yang kadang-kadang penyebabnya sepele. Saya kasian dengan anak saya, dengan kondisi saat ini saya ingin berubah.
apakah hal yang saya rasakan masih dalam tahap wajar ??perlukah saya bertemu dengan psikolog/psikiater ?? terimakasih
Halo Bu,
Wajar atau tidaknya suatu perilaku itu dinilai berdasarkan tiga hal berikut: apakah sudah dirasa mengganggu diri sendiri, apakah sudah mengganggu atau menyakiti orang lain, dan apakah perilaku tersebut masih bisa terkendali atau tidak. Anda sendiri jelas sudah merasa terganggu atas sikap Anda. Dari orang-orang terdekat, apakah Anda sering mendapat complain dari anggota keluarga mengenai tempramen Anda? Jika dilihat mengenai kendali diri, sepertinya Anda terlihat lebih tempramen terhadap keluarga dibandingkan dengan teman-teman kerja Anda. Apakah Anda menyadarinya? Padahal dari cerita Anda, sepertinya Anda merupakan seorang individu yang family oriented. Kami mengerti, mungkin saja tekanan yang Anda rasakan di kantor tanpa disadari akhirnya membuat Anda semakin tidak sabar menghadapi orang-orang di rumah.
Keadaan keluarga memang tidak dapat dipungkiri dalam memberikan dampak terhadap perkembangan kepribadian seorang individu. Tapi Anda harus ingat bahwa hal tersebut sudah terjadi di masa lalu dan bukan sedang Anda alami sekarang. Anda telah memiliki keluarga Anda sendiri yang menyayangi dan membutuhkan dukungan Anda. Sadarilah bahwa keluarga baru Anda telah mengisi kekosongan yang Anda rasakan selama ini, jangan hanya terbelengu keinginan-keinginan di masa lalu yang tidak tercapai. Sekarang, Anda telah dapat berekreasi bersama keluarga kecil Anda. Jika Anda kurang dapat mengendalikan tempramen, tidakah anak dan suami Anda pun merasakan apa yang Anda rasakan di masa lalu? Ingatlah hal tersebut setiap kali Anda merasa ingin ”meledak”, sehingga Anda pun akan segera sadar untuk melakukan kendali diri.
Kami mengerti, sebagai seorang ibu pekerja memang berat untuk meninggalkan Anaknya di rumah. Namun, hal tersebut memang tidak dapat dihindari karena ini adalah kewajiban Anda untuk menafkahi keluarga Anda bukan? Kecuali jika memang Anda dapat memilih untuk memberikan waktu yang lebih banyak untuk Anak. Cobalah hal ini, dari 0-10 berapakah nilai Anda sebagai seorang ”ibu yang baik”? Setelah itu, tulislah di secarik kertas, apa saja kriteria untuk menjadi seorang ”ibu yang baik”? Lalu, dari kriteria-kriteria tersebut, apa saja yang sudah Anda lakukan? Renungkan dan nilai diri Anda dengan sungguh-sungguh sesuai kriteria tersebut, jangan memberatkan atau meringankan tindakan Anda. Terakhir, coba beri nilai kembali dari 0-10, berapakah nilai Anda sebagai seorang ”ibu yang baik”? Hmm.. Apakah ada perubahan?
Penanganan yang diberikan oleh psikolog dan psikiater ditujukan untuk menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan di masa lalu (unfinished bussiness), yang mempengaruhi perasaan, pemikiran, dan perilaku Anda di masa sekarang. Adapun terapi psikologi akan membantu Anda ”menyadari” inti permasalahan Anda, konflik-konflik alam bawah sadar, dan ”memperbaiki” pola pikir Anda yang salah sehingga menjadi lebih adaptif. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Semoga bermanfaat.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht
142 . Pertanyaan dari Member :
Selamat sore dok.. Mohon bantuannya, saya mempunyai adik ipar (perempuan umur 31tahun belum menikah), dia mempunyai karakter yang sangat aneh kalau menurut saya, dia itu gampang sekali emosi dan moodnya cepat sekali berubah. tapi yang lebih menonjol adalah karakternya yang tempramen dan keras. Jadi kenapa saya bisa tau karakternya seperti itu adalah karena saya saat ini sekantor dengan dia (sudah 2tahun), jadi setiap dia ada masalah/tertekan dikantor yang menjadi pusat pelampiasannya adalah saya, sayapun kadang suka bingung apa salah saya. ketika saya tanya saya salah apa, yang ada dia hanya memaki2 saya dengan kata2 kasar. Kalau dia sedang stres pasti dia marah2 melalui sms/email/chat ke saya dengan kata2 yang kasar, atau dia memancing saya dengan membuat status BBM yang memang mengarah ke saya setelah itu dia delete contact BBM saya (kejadian lebih dari 3x). saya pun sering heran dan tanya ke suami saya kenapa dia begitu, ternyata memang dari SMP karakternya seperti itu, jadi dia itu memang paling sering melawan orangtua entah dia melampiaskan kekesalannya atau memang dia kesal dengan orangtuanya, tapi saat dia berlaku yang seperti itu entah dia mukanya cemberut atau berlaku yang tidak sopan orangtuanya pasti selalu memarahi dia. dan itu terjadi sampai dia dewasa, saya tidak tahu apakah dimarahi dengan dikasari dengan perilaku atau hanya dengan ucapan saja, yang jelas papa mertua saya pasti akan memarahi/menegor dia jika dia berbuat salah. Karakter dia yang lain juga dia orangnya introvert jarang sekali curhat tentang pribadinya. selain itu dia itu orang yang tidak bisa menerima masukan/kritikan apalagi saat dia emosi, dia pasti tidak mau mengakui kesalahannya padahal sudah diberikan bukti otentik diapun tidak pernah mau menerima masukan yang ada hanya menyerang orang yg memberikan masukan. selain itu dia sangat kaku, jadi saat orang memberikan pendapat yang beda dia sangat tidak terima pasti dia akan berargumen dan pemikirannya sangat beda dengan orang biasa lainnya. Sekarang ini mertua saya hanya ingin memberikan solusi dengan akan menyekolahkan dia s2 di jurusan psikologi fungsinya agar dia mengenal diri dia. yang ingin saya tanyakan apakah adik ipar saya itu mengalami gangguan kepribadian? dan apakah solusi mengkuliahkan s2 psikologi merupakan hal yang tepat?
Mohon Bantuannya ya Dok, agar saya dan suami dapat pencerahan.
Halo Bu,
Kami tidak dapat memberikan perkiraan diagnosis hanya berdasarkan cerita Anda, karena masih banyak yang harus kami gali mengenai adik ipar Anda. Memang terlihat bahwa kondisi yang ditunjukkan oleh adik ipar sudah mengarah pada gangguan kepribadian. Anda lupa mencantumkan, bagaimana perilaku dia terhadap Anda ketika tidak dalam keadaan tertekan? Apakah tetap menjadikan Anda pelampiasan kemarahan atau malah berubah 180 derajat? Dan apakah hal tersebut sekarang hanya terjadi kepada Anda dan tidak kepada saudara yang lain?
Mengenai kuliah S2 psikologi, kami rasa itu bukan jalan keluar yang terbaik. Pertama, dalam kuliah S2, Mahasiswa diwajibkan untuk melakukan berbagai tugas kuliah yang banyak dan sangat menyita waktu. Apakah keadaan tersebut bukan malah memperburuk rasa tertekan adik ipar Anda? Kedua, perlu diingat bahwa kuliah psikologi tidak sama dengan mendapatkan pemeriksaan dan terapi. Jika ia memang sekeras kepala yang Anda ceritakan sampai tidak mau mendengar masukkan dan kritikan dari orang lain, kemungkinan besar ia pun akan mengabaikan informasi yang ia dapat di perkuliahan. Kemungkinan tersebut hanya dapat terjadi pada orang yang memiliki kesadaran diri dan kemampuan refleksi diri yang besar, namun tidak pada orang yang membutuhkan orang lain untuk menyadarkan dirinya.
Akan lebih baik untuk mengajak yang bersangkutan berkonsultasi langsung kepada psikolog/psikiater untuk mendapatkan assessment demi melihat latar belakang yang mendasari perilaku-perilaku tersebut. Dilihat dari cerita Anda, penanganan yang dapat kami berikan adalah program stress dan anger management. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Semoga bermanfaat.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht
143 . Pertanyaan dari ihsan fajar ramadhan :
Semenjak kecil saya selalu dididik dalam naungan agama namun dengan cara yang keras. Sering kali teringat di pikiran saya saat saya disuruh beribadah dengan dipukul & dibentak. Ayah saya terlihat seperti orang yang labil, moodnya dapat berubah drastis dalam sekejap, sedangkan ibu saya tak bisa saya mengerti, ia selalu berfikir "tak ada yang tak disengaja" seperti saat saya tak sengaja memecahkan gelas & ia memarahiku sambil mengatakan "mengapa kau -me-mecahkan ini?!". Saat kelas 5 SD saya pernah mengalami pelecehan seksual oleh teman sekelas saya. Saat saya di bangku SMP(masa puber) saya pernah berpacaran, namun karena sekolah saya melarang adanya pacaran terlebih lagi memisahkan kelas antara putra & putri, saya hanya bisa berkomunikasi dengannya jarak jauh, dan hubungan kami berakhir buruk. Pada saat SMP, saya juga sering dibully, yg membuat saya selalu mengingat peristiwa buruk saat di SD.
Oleh orang tua saya, saya dimasukan ke sekolah yg terkenal bagus yg meiliki kurukulum yg lebih di bidang agama, di sekolah itu tersedia 3 tingkatan, yaitu SD-SMP-SMA, saya telah menyelesaikan 2 tingkatan di sekolah itu (SD&SMP), kemudian orang tua saya menginginkan saya untuk melanjutkan ke tingkat SMA. Awalnya saya menolak, namun akhirnya saya terpaksa bersekolah disana karena faktor ekonomi dengan syarat "diberi laptop(*sebagai bahan pelarian)", akhirnya mereka menyanggupi & sekarang saya masih duduk di bangku SMA sekolah tsb. Akhirnya saya menjadi seseorang yg bisa di anggap "Agnostik", saya tak begitu mempercayai tuhan.
Saya adalah anak yg pendiam, saya tak suka bergaul dengan orang lain, saya merasa tak enak saat dijengunk orang lain, saya selalu merasa dimanfaatkan orang lain, seringkali saya tak bisa mengatakan "tidak", saya hanya emiliki 1 teman, dan yg lainnya saya anggap sebagai "kenalan", saya hanya memanggil "kenalan" sayaat saya embutuhkannya (*lebih tepatnya memanfaatkan kembali). Saya selalu memendam semua masalah saya, bahkan hingga saat ini orang tua saya tak pernah tau bahwa saya pernah mengalami pelecehan seksua.Suatu hari pernah tersirat di benak saya untuk melakukan bunuh diri, namun saya tak melakukannya karena "menyakitkan", saya membenci hal2 yg dapat menyakiti saya. Terkadang ada perasaan amarah yg meledak2 di dalam diri saya, dan saat saya akan mengikuti naluri amarah saya, tiba2 amarah itu hilang, contohnya saat saya akan embalaskan perbuatan teman saya yg jahil, saat itu saya sangat iiingin sekali membalaskannya bahkan saya ingin membunuhnya, namun pada saat saya akan melakukannya tiba2 perasaan itu hilang. Saya memiliki det yg tinggi(bukan cepat). Terkadang saya berbicara sendiri ak jantungsaat sedang (sendirian) mengendarai motor, atau saat sedang sendirian di rumah.
Halo Mas,
Kami mengerti betapa berat masalah yang Anda rasakan. Pengalaman akan kekerasan yang didasarkan pada alasan agama memang cukup bertolak belakang, dimana agama sebenarnya mengajarkan tentang kasih dan kebaikan. Pengalaman seperti itu memang cukup membingungkan bagi Anda, sehingga sekarang Anda seperti meragukan adanya Tuhan. Kami tidak dapat berbicara lebih jauh mengenai hal ini karena kepercayaan memang merupakan topik yang sangat sensitif. Yang penting, kita mengingat untuk tidak berperilaku yang menyakiti dan merugikan orang lain.
Pengalaman bullying dan pelecehan seksual yang Anda alami membuat Anda sulit untuk menumbuhkan kepercayaan dan mungkin kekhawatiran bahwa orang lain akan menyakiti Anda, sehingga Anda memilih untuk membatasi pertemanan agar risiko Anda disakiti pun semakin rendah. Jangankan dengan orang lain, dengan Allah pun Anda akan sulit percaya karena Anda pun takut ”Ia” akan mengecewakan Anda. Mengenai amarah Anda, apa yang Anda lakukan sampai amarah itu hilang? Apakah Anda sekedar membayangkan untuk melakukannya? Amarah yang terkendali memang dibutuhkan untuk membela diri kita dari hal-hal yang tidak adil. Namun, ketika amarah itu menjadi sangat mempengaruhi Anda, akan tidak baik bagi keselamatan Anda dan orang-orang terdekat Anda. Bisa terbayang jika Anda tetap memiliki emosi meluap seperti sekarang saat Anda telah berkeluarga? Bukankah itu menjadi ”lingkaran setan” dimana Anda akan menyakiti keluarga Anda seperti Anda tersakiti dulu?
Saran saya, kenalilah lebih jauh diri Anda. Jangan segan untuk mencari pertolongan yang dapat membantu Anda menguasai diri. Carilah pertolongan untuk ”menyelesaikan” masa lalu yang masih membelenggu Anda. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Semoga bermanfaat.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht
144 . Pertanyaan dari Member :
Pagi. Saya amalina. Saya merasa bahwa saya begitu susah menyatukan sosial saya dengan teman teman saya. Saya berpikir mungkin jalan pikiran kita berbeda. Namun memang sejak sd saya juga emosional dan mood suka berubah ubah. Ketika saya mencoba tes bipolar di internet ssbanyak 4 kali saya mendapatkan score cukup tinggi yg menyatakan bahwa saya mengidap bipolar. Saya mudah sekali depresi karena teman teman saya yang mengecap saya aneh namun saya mudah sekali senang jika ada yang mengajak saya ngobrol. Sampai sekarang pun saya merasa tidak ada yg mau bergaul dengan saya dan saya mencoba menutup diri.
Halo Mbak,
Ketika menghadapi hal seperti ini, ada baiknya untuk melakukan refleksi diri. Apakah ada sikap atau perilaku kita yang sekiranya menyakiti atau tidak nyaman bagi orang lain? Dan mengapa Anda mengatakan bahwa tidak ada yang mau bergaul dengan Anda? Berdasarkan cerita Anda, masih ada teman yang mau mengajak Anda mengobrol dan membuat Anda senang. Selain itu, coba pertimbangkan, apakah keuntungan dan kerugian ”menutup diri” bagi Anda? Apakah dengan berperilaku demikian, Anda pun semakin terlepas dari masalah Anda atau malah akan menimbulkan masalah baru?
Mengenai diagnosis Bipolar, test yang ada di internet hanya berupa screening atau gambaran awal saja. Penegakkan diagnosis yang dianggap sah hanya boleh dilakukan oleh tenaga profesional sesuai bidangnya. Namun, jika memang screening telah menunjukkan adanya gangguan bipolar, ada baiknya untuk segera memeriksakan diri Anda kepada tenaga profesional untuk mendapatkan penanganan yang sesuai bagi Anda sehingga gangguan pun tidak berkembang lebih parah. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Semoga bermanfaat.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht
145 . Pertanyaan dari alya mitha :
Halo dok, saya mau tanya
saya kan baru lulus SMA dgn hasil yg bs dibilang kurang dari ekspetasi saya karna selama SD sampai SMP saya bs dibilang selalu masuk 10 besar, intinya kemampuan saya untuk belajar selalu susah dok karna saya selalu kurang focus dan easily distracted. saya harus baca buku atau halaman berulang2 dok karna saya gak langsung ngerti atau pas lagi baca pikiran saya kemana2, saya juga selalu mengalami mood swing dok, hari ini saya merasa baik2 saja dgn tmn saya tiba2 besok nya saya merasa kesal bgt sama dia padahal tidak terjadi apa2 dok. apakah ini gejala adhd dok? dan kalau saya ke psikiater apakah saya harus ketergantugan dengan obat atau bisa di terapi dan adhd itu hilang secara permanent dok?
thank you dok.
Halo Mba,
ADHD itu termasuk gangguan perkembangan, maksudnya sudah muncul sejak kecil. Apakah Anda sudah mengalaminya sejak kecil atau baru dirasakan saat duduk di SMA? Apa yang memicunya? Mengenai mood swing, apakah Anda dapat menggambarkan lebih jauh mood swing yang Anda rasakan? Mengenai pandangan dan perasaan Anda yang tidak konsisten terhadap teman, dicurigai bahwa itu memang salah satu ciri gangguan kepribadian. Namun, kami tidak dapat menegakkan diagnosa melalui fitur konsultasi ini karena tidak etis bagi kami untuk memberikan diagnosa tanpa pertemuan tatap muka.
Mengenai obat, pemberian psikotropika harus diawasi ketat oleh psikiater. Tujuan terapi obat adalah untuk membantu seseorang belajar mengontrol diri mereka sendiri, bukan untuk membuat seseorang menjadi tergantung pada obat untuk mengontrol diri mereka. Psikiater lah yang akan menentukan dosis yang disesuaikan dengan gejala yang dirasakan dan sedikit-sedikit dikurangi hingga seseorang dapat mengatasi gejala tersebut tanpa bantuan obat-obatan lagi. Anda dapat membuat janji temu dengan kami untuk melakukan tes ketahanan konsentrasi dan psikotes untuk melakukan pemeriksaan mendalam mengenai gejala yang Anda rasakan. Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432.
Semoga bermanfaat.
Salam,
dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ
Alexandra G. A., S.Psi, C.Ht