Ceritakan Masalah Anda, Kami Siap Membantu




"Perlu diketahui bahwa konsultasi online bukan merupakan perwakilan dari konsultasi tatap muka, namun hanya sebagai gambaran konsultasi tatap muka."

Klik disini jika Anda setuju untuk mempublish nama anda dihalaman website.

working..

 

Beberapa Dari Mereka Telah Mnyelesaikan Masalahnya Disini, Sekarang Giliran Anda

 

26 . Pertanyaan dari Siti Nurlaela Hasanah  :
     Hai, Selamat Siang Pak/Bu. Saya mengalami gangguan tidur yang sulit pada malam hari, mata dapat tidur hanya pada jam setengah dua atau tiga. Saya sudah lama sekali mengalami ini...dan merasa terganggu untuk melakukan aktifitas esok harinya jadi tidak maksimal mengurus anak dan rumah tangga karena saya bangun pagi berubah jadi jam 10 atau 11 siang...mohon bantuannya... trims

 

Dijawab Oleh : Dr. Maria Irene Hendrata

Selamat siang bu,

Untuk mengatasi gangguan tidur yang pertama ibu dapat melakukan sleep hygiene terlebih dahulu. Ada beberapa cara dalam sleep hygiene, yaitu sebagai berikut:

- menghindari konsumsi kopi atau teh terutama pada sore dan malam hari

- menghindari aktivitas yang berat dan memacu adrenalin, seperti berolahraga pada malam hari. Aktivitas berat atau olahraga dilakukan di pagi dan siang hari.

- menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dari segi pencahayaan maupun suara.

- mengurangi minum banyak di malam hari

- menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur, bukan untuk aktivitas lainnya, seperti membaca atau menonton TV.

Anda juga dapat melakukan relaksasi sebelum tidur, yaitu berbaring sambil melemaskan otot-otot, memejamkan mata, membayangkan situasi yang tenang, kemudian mengatur pernapasan (menarik napas dalam dan membuang napas perlahan). Jika usaha tersebut telah dilakukan namun Anda masih mengalami gangguan tidur, Anda dapat berkonsultasi dengan psikiater agar dapat membantu Anda.

Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432 / 081219591678 (Telp/SMS/WA).

Semoga bermanfaat.

                                          

Salam,

dr. M. Irene Hendrata, SpKJ

27 . Pertanyaan dari Member  :
     Selamat malam Dok. Saya wanita berusia 36 tahun, belum menikah. Beberapa saat yang lalu sempat menjalin hubungan dengan pria yang usianya jauh lebih muda. Saya tahu hubungan ini tidak akan kemana-mana karena perbedaan usia yg tidak mungkin diterima keluarga. Tapi kami tidak bisa mengontrol perasaan dan hubungan berlanjut sampai 1 tahun, kami juga sudah berhubungan fisik. Pada akhirnya memang hubungan ini tidak bisa berlanjut krn terlalu banyak perbedaan, dia memutuskan untuk mengakhiri semuanya, dan akan pindah ke luar kota untuk memulai usaha baru. Saya pikir saya akan bisa menerima semua ini karna dari awal sudah tahu akan berakhir cepat atau lambat. Tapi ternyata saya sangat hancur. Minggu awal perpisahan saya berkali-kali panic attack sampai tidak bisa bernafas. Setiap pagi muntah, sakit maag kambuh. Bahkan sampai dilarikan ke UGD karena kesemutan seluruh badan dan bibir susah digerakan, saya sampai takut kena stroke. Tapi waktu itu ktnya karna maag dan diinfus Neurobion + obat tidur supaya tenang. Sekarang sudah hampir 3 bulan berjalan. Memang sudah tidak separah di awal, tapi saya belum bisa kembali ke diri saya yg semula. Morning anxiety masih terus berlanjut. Setiap bangun pagi langsung jantung berdebar cepat, nafas terasa berat, dada terasa panas, kadang masih muntah, dan kaki tangan rasanya lemas. Kadang kondisi ini berlanjut sampai malam. Saya juga kehilangan gairah untuk melakukan segala aktivitas termasuk bekerja. Tidak bisa fokus, tidak bisa berpikir, kalau ada kesulitan langsung rasanya sesak nafas. Hal-hal yg tadinya saya sukai seperti gym, berenang, kumpul dgn teman, sekarang jadi tidak ingin dilakukan. Padahal awalnya saya termasuk orang yg cukup kuat menghadapi persoalan. Tapi sekarang seperti orang yg malas hidup, memang tidak ada keinginan untuk bunuh diri, tapi juga tidak punya keinginan untuk mengusahakan hidup yg lebih baik. Just living in survival mode... trying to pass the days. Saya mempelajari bahwa kondisi saya disebut Psikosomatis. Asalnya dari pikiran, dan saya juga sudah berusaha untuk mengatur pikiran saya. Saya mencoba membuat diri saya berpikir positif... bahwa saya sudah memaafkan dirinya dan diri saya sendiri, bahwa saya sudah merelakan dia pergi, bahwa saya masih bisa melanjutkan hidup dengan baik, masih akan ada kesempatan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Saya mencoba self meditation, menonton video2 motivasi, berdoa dan tetap mengucap syukur akan keadaan saya. Tapi sepertinya gejala anxiety saya tidak menghilang. Some days are better, some days are worse. Apakah mau ga mau saya harus menyerah pada obat anti depresan?

 

Dijawab Oleh : Dr. Maria Irene Hendrata

dear mba,

tampaknya gejala ansietas/panik dan penurunan minat yang mba alami ini masih berlangsung hingga saat ini dan tidak juga membaik dengan penanganan secara nonfarmakologi (tanpa obat), dan membutuhkan pengobatan medis serta psikoterapi lebih lanjut. Kondisi ini bukan hanya bersumber dari pikiran namun juga terjadi ketidakseimbangan hormon/neurotransmitter di otak yang dapat distabilkan kembali dengan pengobatan. Meminum obat atau antidepresan bukan berarti kita menyerah namun hal tersebut menunjukkan bahwa kita mau berusaha mengatasi keadaan yang ada untuk menjadi lebih baik lagi.

Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432 / 081219591678 (Telp/SMS/WA).

Semoga bermanfaat.

                                          

Salam,

dr. M. Irene Hendrata, SpKJ

28 . Pertanyaan dari Alisha Aulia  :
     Selamat siang. Saya seorang mahasiwa dengan usia 22 tahun. Saya tidak begitu memahami apa yang terjadi pada diri saya. Entah mengapa emosi saya begitu labil, sangat sensitif sehingga sulit bergaul. Saya pribadi yang cukup terbuka tetapi, sulit mengungkapkan kekesalan pada orang lain sehingga cenderung mendendam. Dulu saya pernah beberapa kali ingin mengakhiri hidup saya dikarenakan ayah saya berkata ingin saya mati. Saya berhasil mengendalikan emosi ingin bunuh diri saat usia saya 20 tahun tetapi, terkadang ingatan tentang masa lalu kembali. Saya kadang merasa takut pada benda tajam dan saya merasa takut pada jarum suntik. Jika berobat dengan terapi injeksi, saya merasa lemas, badan saya dingin, gemetaran, dan takikardi. Saya pernah pingsan dan mengalami kejang saat pengobatan. Apakah hal tersebut termasuk phobia ataukah hanya kecemasan? Terima kasih.

 

Dijawab Oleh : Alexandra Gabriella A., M.Psi, Psi., C.Ht, C.ESt

Dear Mba,

ada 3 topik dalam konsultasi Anda. Saya akan mencoba membantu Anda mencari jalan keluarnya satu-persatu.

(1) Sebenarnya, baik bila Anda telah mampu mengendalikan diri untuk tidak mengungkapkan kekesalan (emosi negatif). Walaupun demikian, cobalah ungkapkan pemikiran Anda secara tenang sehingga mereka pun sadar bahwa Anda tidak suka diperlakukan seperti itu. Selain itu, bila Anda merasa masalah ada pada diri Anda (yaitu Anda sendiri yang terlalu sensitif) ada baiknya untuk mencoba berpikir lebih fleksibel dan membuka mata dari sudut pandang yang lain atas perilaku teman-teman Anda. Perhatikan, apakah perilaku yang diterapkan kepada Anda juga dilakukan kepada teman-teman lainnya?lalu bagaimana reaksi mereka? Apakah dapat menganggap hal tersebut sebagai suatu candaan sepele atau sama kesalnya dengan Anda? demikian, Anda dapat menilai bagaimana baiknya respon Anda.

(2) Penolakan dari orangtua memang menyakitkan. Sangat baik bila Anda telah dapat berpikir positif atas diri Anda sehingga mampu menahan pikiran untuk bunuh diri. Seringkali seseorang memang tidak dapat mengontrol tindakan/perkataannya secara emosional dan tidak menyadari dampak negatif atas perilaku/perkataannya kepada orang lain. Namun, bila ditelaah lebih jauh, apabila ayah Anda memang benar-benar tidak menginginkan Anda, tidak mungkin ia membesarkan Anda sampai sekarang, bukan? Coba sadari, siapa saja yang menghargai hidup Anda? 

(3) Gejala yang Anda alami ketika berhadapan dengan benda tajam (terutama jarum suntik) sudah mengarah pada Gangguan Phobia. Saran saya adalah untuk mendapatkan terapi cognitive behavior therapy dengan psikolog untuk membantu Anda mengontrol diri terhadap kecemasan yang muncul setiap hali Anda dihadapkan dengan objek phobia Anda.

 

Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432 / 081219591678 (Telp/SMS/WA).

 

Semoga bermanfaat.

                                          

Salam,

 

Alexandra G. A., M.Psi., Psi., C.Ht

29 . Pertanyaan dari Member  :
     Saya telah menikah selama sembilan tahun, punya anak dua, kondisi finansial yang tercukupi oleh suami sehingga saya full di rumah. Suami saya bukan orang yang sabar, ia sering marah terutama bila saya bermalas malasan melayaninya di ranjang. Baginya kalau perlu setiap hari saya harus mau melayaninya, tanpa peduli apakah saya sedang sakit atau lelah. Dia jarang melakukan kekerasan fisik, tetapi saya sering merasakan verbal abuse yang menyakitkan. Setiap pagi saya terbangun dan berharap cemas apakah suami saya sedang dalam mood baik atau tidak. Dan saya lelah melakukan hal itu setiap pagi. Saya mencoba mengumpulkan keberanian untuk berpisah darinya, tapi bagaimana dengan anak anak kelak? Selama ini saya bertahan demi anak anak. Apa yang sebaiknya saya lakukan?

 

Dijawab Oleh : Alexandra Gabriella A., M.Psi, Psi., C.Ht, C.ESt

Dear Ibu,

Saran saya, jangan terburu-buru menentukan untuk bercerai. Dapatkah Anda mengajak suami untuk melakukan terapi pernikahan dengan psikolog? Mengingat dari cerita Anda, suami Anda merupakan ayah yang bertanggung jawab, namun memiliki kekurangan yaitu perilaku kekerasan dan pemaksaan seksual. Walau bagaimanapun, semua orang pasti punya kekurangan. Selama orang tersebut masih peduli pada Anda dan keluarga, niscaya masih ada hati kecil yang akan menyadarkannya untuk berubah menjadi pribadi yang lebih sabar.

 

Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432 / 081219591678 (Telp/SMS/WA).

 

Semoga bermanfaat.

                                          

Salam,

 

Alexandra G. A., M.Psi., Psi., C.Ht

30 . Pertanyaan dari Member  :
     Halo. Saya perempuan usia 28 tahun. Ada beberapa hal yang ingin saya konsultasikan. Pertama mengenai mood yg tidak stabil. Seringkali saya kalut karena hal-hal yg sangat sepele. Atau bahkan karena hal yg saya sendiri tidak tahu. Ini sudah terjadi bertahun-tahun yg akhirnya membuat saya selalu merasa tidak tenang dan mengganggu fokus saya dalam kegiatan sehari-hari. Rasanya kepala saya ini selalu dipenuhi oleh pikiran dan bayangan yang meloncat-loncat dalam waktu singkat. Misalnya ketika saya sedang menyelesaikan pekerjaan. Tapi isi pikiran saya tiba-tiba memikirkan momen yg pernah saya alami lalu mempertanyakan kenapa begini begitu. Dan kadang dalam hitungan menit atau detik, pikiran saya tiba-tiba meloncat ke hal-hal lain. Alhasil saya sering hilang fokus dan bingung sendiri. Saya juga kesulitan untuk berkeluh kesah dengan orang lain. Sekalipun dengan sahabat dekat. Selalu ada rasa ingin bicara, tapi takut. Jadinya keluh kesah saya tumpuk dalam ingatan saya sendiri. Satu lagi mungkin yang ingin saya tanyakan. Saya punya kebiasaan untuk mengurung diri di dalam kamar. Lalu di sana saya merasa banyak orang di sekeliling saya dan saya seperti berkomunikasi dengannya. Tentu ceritanya sesuai dengan apa yg saya harapkan. Satu sisi saya sendiri sadar bahwa apa yang saya rasakan itu tidak betul. Tapi saya nyaman betul dengan kondisi itu, hingga terjadi berulang. Kebiasaan ini sudah terjadi sejak SMA. Itu tadi, karena saking nyamannya. Tapi semakin bertambah umur, kadang saya bingung mengapa saya harus begitu. Meskipun tetap kebiasaan itu terus terjadi. Saya hanya ingin tahu, kiranya penanganan seperti apa yang saya butuhkan. Karena hal-hal di atas pada akhirnya membuat saya gampang lelah dan tidak tenang terus menerus. Terimakasih.

 

Dijawab Oleh : Alexandra Gabriella A., M.Psi, Psi., C.Ht, C.ESt

Dear Mba,

Gangguan fokus dan konsentrasi biasanya sudah muncul sedari kecil. Namun, bila gejala ini muncul saat Anda sudah berusia lebih dewasa, dikhawatirkan kesulitan Anda untuk fokus dan melakukan konsentrasi berhubungan dengan adanya Gangguan Depresi. Seringkali awam menganggap individu dengan gangguan depresi sebagai orang yang murung, menyendiri, dll. Nyatanya, banyak dari individu dengan gangguan depresi tidak menunjukan gejala yang "dikenali" sebagai gangguan depresi. Mereka bisa saja terlihat senang, tetap dapat beraktivitas, tetapi di balik itu semua mereka menyimpan kehampaan. Kebiasaan Anda untuk berbincang dengan "orang-orang" yang Anda sadari tidak nyata sepertinya adalah gejala pseudohalusinasi, yaitu cikal bakal halusinasi. Halusinasi sendiri (sebagai salah satu gejala psikotik) seringkali menyertai gangguan depresi. Disarankan bagi Anda untuk menemui psikiater demi mendapat pemeriksaan mendalam dan terapi psikofarmaka. Diharapkan, Anda pun semakin pulih dari kondisi yang Anda alami dan semakin dapata berfungsi adaptif dalam kehidupan sehari-hari Anda.

 

Jika dibutuhkan, kami siap membantu Anda. Nomor untuk membuat janji temu: 0215609432 / 081219591678 (Telp/SMS/WA).

 

Semoga bermanfaat.

                                          

Salam,

 

Alexandra G. A., M.Psi., Psi., C.Ht

1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 |

Artikel Kesehatan